Perantau Jadi Penggerak Pembangunan Daerah

AGAM – Perantau Agam, sejak lama sudah menjadi penggerak pembangunan daerah. Sudah banyak yang dilakukan perantau untuk membangun kampung halaman, seperti yang disampaikan Bupati Agam  Indra Catri, saat dihubungi via ponselnya, Jumat (1/7).

Ia mengatakan, dukungan perantau terhadap pembangunan daerah bisa dilihat pada sektor sarana/prasarana. Sudah berapa banyak fasilitas umum dibangun perantau. Sebut saja jalan, jembatan, gedung sekolah, rumah ibadah dan lainnya.

“Bahkan, di bidang pendidikan, perantau juga telah banyak memberikan dukungan, Diantaranya pemberian dana bantuan, termasuk bea siswa bagi anak berprestasi,”ungkapnya.

Selain itu, banyak perantau menanamkan modalnya di kampung halaman. Tujuannya jelas untuk membantu para dunsanak yang tinggal di kampung halaman.

“Setiap lebaran, perantau pulang kampung. Tidak jarang mereka meninggalkan uang tunai untuk sanak saudaranya dan untuk pembangunan kampung halaman,” ujarnya.

Dijelaskan, perantau sukses jelas memiliki tingkat sumber daya yang mumpuni. Dari mereka diharapkan saran, nasihat, petunjuk, dan binaan, bagaimana mencapai sukses.

Di samping itu, perantau memiliki kemampuan pemasaran produk, yang mungkin saja mampu membantu memasarkan produk perajin Agam. Agam memiliki banyak produk, yang memerlukan perluasan pasar. Sebut saja kerajinan sulam, pakaian jadi, sampai hasil pertanian dan perkebunan.

“Kini Agam gencar mengembangkan kopi arabika, gula semut dan produk makanan olahan dari ikan dan sejenisnya. Semua itu memerlukan perluasan pasar, bila ingin maju. Di sinilah kita harapkan peranan perantau,”ujarnya pula.

Untuk menarik perantau agar selalu mencintai kampung halamannya, perlu dilakukan beberapa hal yang bisa membuat mereka senang dan percaya kepada dunsanak yang tinggal di kampung halaman. Di antaranya, jaga kepercayaan perantau, dengan jalan selalu melaporkan penggunaan dana bantuan dari mereka. Bila bantuan dana tidak jelas pertanggungjawabannya, kepercayaan perantau akan hilang. Maka, mereka jadi enggan untuk membantu pembangunan kampung halaman. Bahkan, untuk pelang kampung pun mereka jadi malas. Itu sangat berbahaya.

“Komunikasi dua arah juga perlu dijaga, agar silaturahmi selalu terjaga. Dengan demikian, komitmen untuk membangun kampung halaman juga terpelihara. Bila semua itu sudah terlaksana dengan baik, maka rasa cinta dan rasa memiliki nagari akan tumbuh subur di dada Anak Agam,”pungkasnya. (fajar)

print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *