SAWAHLUNTO – Umat Kristiani di Kota Sawahlunto sangat mengapresiasi terpeliharanya kerukunan antar umat beragama serta kebhinekaan di kota itu. Hal itu ditandai dengan berlangsung amannya pelaksanaan peringatan Hari Natal yang digelar di gereja khatolik Santa Barbara Sawahlunto dan gereja protestan pada Kamis (24/12) malam sampai kebaktian Jum’at (25/12).
Salah seorang jemaah khatolik, Debora S (37) menyatakan, kedamaian di kota ini sangat tepat dengan tema Natal yang disusun bersama Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) 2015: “Hidup Bersama sebagai Keluarga Allah”. Selain itu, jelasnya, gereja juga mengingatkan umatnya bahwa pemahaman tentang keluarga tidak hanya terbatas pada keluarga inti (ayah, ibu dan anak), tetapi kita juga ada bersama dengan keluarga lain dalam satu kesatuan sebagai Umat Allah. “Sebagai Keluarga Umat Allah kita mendiami bumi sebagai Rumah Bersama,” kata Debora kepada padangmedia.com, Jumat (25/12).
Hidup bersama mengandung pesan bahwa semua manusia adalah keluarga. Dengan tanggung jawab yang sama menjaga hidup bersama agar semakin baik bagi manusia maupun bagi ciptaan lain.“Peristiwa Natal mengingatkan kita untuk hidup sebagai keluarga Allah, kita mempunyai tanggung jawab untuk menjadikan hidup bersama di bumi ini semakin baik,” sebutnya.
Ibu tiga anak ini tak henti mengucap syukur atas tingginya rasa toleransi selama 9 tahun di kota ini. “Meskipun suara azan bertepatan dengan adanya kebaktian Natal, kita tetap saling menjaga. Kita sama-sama saling memberikan rasa aman dan damai. Perbedaan dalam kebhinekaan seakan bukan jadi jurang pemisah,” ujarnya.
Hal yang senada juga disampaikan salah seorang umat Protestan, Togar S (42) yang juga sangat mengapresiasi terpeliharanya kerukunan antar umat beragama di kota itu. “Rasa damai aman dan tentram hidup berdampingan. Sampai saat ini handphone saya terus masuk SMS ucapan selamat Natal dari kerabat serta kawan-kawan di kota ini. Biasanya pada hari natal kedua, para tetangga akan datang bersillaturrahmi ke rumah,” jelasnya.
Sebaliknya, jelas Togar, para tetangga saat merayakan Idul Fitri, setelah mereka mudik ia akan mengunjunginya.
“Bahkan, kalau mudik, keamanan rumah tetangga juga jadi tanggungjawab kita bersama. Sejak dua belas tahun tradisi ini terus terpelihara sampai saat ini dan sangat membudaya di tengah-tengah masyarakat Sawahlunto,” pungkasnya. (tumpak)
Komentar