
JAKARTA – Sebanyak sembilan jenazah korban tsunami Selat Sunda belum teridentifikasi, sementara 16 orang masih dinyatakan hilang. Total korban meninggal dunia akibat bencana yang terjadi pada 23 Desember 2018 itu sementara ini tercatat 437 jiwa.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan data terkini penanganan bencana tsunami Selat Sunda, Senin (31/12). Menurutnya, bencana tersebut juga menyebabkan sebanyak 14.059 orang luka – luka.
“Update penanganan bencana tsunami, sebanyak 437 orang meninggal dunia. 428 jenazah sudah dimakamkan dan 9 jenazah belum teridentifikasi, sementara 16 orang masih dinyatakan hilang,” katanya.
Dampak dari bencana tersebut, lanjutnya, sebanyak 33.719 orang di lima kabupatan di Banten dan Lampung juga terpaksa mengungsi. Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten merupakan daerah terdampak paling parah, disusul Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung.
Korban jiwa di Pandeglang adalah sebanyak 296 orang, dan hilang delapan orang. Sebanyak 7.656 orang luka – luka serta 20.726 orang mengungsi.
Sementara di Lampung Selatan, korban jiwa sebanyak 118 orang dan 8 orang dinyatakan hilang. Korban luka – luka tercatat sebanyak 4.007 orang dan warga mengungsi sebanyak 7.942 orang.
Selanjutnya, di Kabupaten Serang, Banten, tercatat 21 orang meninggal dunia, 2.395 orang luka – luka dan pengungsi berjumlah 4.820 orang. Sedangkan di Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung tercatat 1 orang meninggal dunia, 1 orang luka – luka dan 231 orang mengungsi serta di Tenggamus Provinsi Lampung tercatat satu orang korban jiwa.
Sementara itu, masih menurut Sutopo, PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan bahwa tubuh Gunung Anak Krakatau telah berubah akibat erupsi yang menerus. Tinggi Gunung Anak Krakatau yang semula 338 meter, saat ini hanya 110 meter.
“Volume Gunung Anak Krakatau menurun. Volume yang hilang diperkirakan 150 – 180 juta meter kubik, sementara yang tersisa saat ini berkisar 40 – 70 juta meter kubik,” jelasnya.
Berkurangnya volume tersebut diperkirakan karena adanya proses rayapan tubuh gunungapi yang disertai oleh laju erupsi yang tinggi pada tanggal 24 sampa 27 Desember 2018. Aktifitas vulkanik terus mengalami penurunan sejak Jumat (28/12) sampai sekarang. Rekaman seismograf tanggal 31 Desember 2018 pukul 00.00 – 06.00 Wib tercatat 4 kali gempa dengan amplitudo 10-14 mm dan durasi 36-105 detik. Demikian, Sutopo. (fdc/*)