MENTAWAI – Mentawai merupakan salah satu daerah dengan keberagaman agama, suku dan karakteristik serta memiliki kerawanan konflik sosial maupun SARA di Indonesia. Karena itu, rasa kebersamaan, toleransi, kesabaran dan nasionalisme harus terus dipupuk dan dijaga.
Menghadapi kegiatan malam takbiran sekaligus shalat Idul Fitri yang kebetulan bersamaan waktunya dengan ibadah misa di Gereja, Polres Kepulauan Mentawai bersama Pemerintah Daerah, Forkopimda serta lintas agama melakukan pertemuan. Pertemuan diadakan, Selasa (20/6) dengan dihadiri Wakapolres Kepulauan Mentawai, Pasintel Kodim 0319 Mentawai, Kakesbangpolinmas, Kakanwil Depag Mentawai, Pembimas Agama Kristen, Kasat Intel Kepulauan Mentawai, dan para tokoh agama Islam dan Nasrani yang ada di daerah itu.
Wakapolres Kepulauan Mentawai, Kompol Mayaruddin mengatakan, pertemuan lintas tokoh agama sangat penting mengingat pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri bertepatan pada hari Minggu serta takbiran di malam minggunya. Karena itu, diharapkan dapat saling menjaga antar umat beragama sehingga perayaan lebaran Idul Fitri dapat berjalan dengan baik.
“Diharapkan dengan adanya pertemuan dapat meningkatkan dan membangun rasa toleransi antar umat beragama di Bumi Sikerei. Ibadah misa yang bersamaan dengan malam takbiran akan sama-sama diamankan oleh petugas kepolisian baik pengamanan di gereja maupun pengawalan pawai takbiran. Para tokoh agama diajak mensosialisasikan hasil pertemuan tersebut kepada jemaah baik di mesjid maupun gereja,” ucapnya kepada padangmedia.com, Rabu (21/6).
Sementara, Kasat Intelkam Polres mentawai, AKP Zulheldi SH menyebutkan, di Mentawai sebenarnya perayaan lebaran sudah menjadi perayaan bersama baik muslim maupun non muslim, tidak ada saling membedakan. Hanya saja, karena waktunya bersamaan dan banyak gereja dan masjid di Mentawai yang letaknya berdekatan, sehingga ada kecenderungan terganggu oleh alat pengeras suara. Untuk mencegah munculnya konflik sosial atau konflik SARA di Bumi Sikerei, melalui pertemuan bersama pimpinan tokoh agama diharapkan memiliki visi yang sama untuk menjaga toleransi antara umat beragama di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Dipaparkan, pada malam takbiran nanti, selain takbiran di mesjid, kemungkinan ada yang melaksanakan takbiran keliling dengan konvoi kendaraan serta memakai penggeras suara. Pada malam yang sama akan berlangsung ibadah misa di beberapa rumah ibadah yaitu, Gereja GKPM Kampung Jati, Gereja IFGF km.4, GKPM Pineal Mapadegat, Gereja GBI km.6 dan Gereja Pineal sp2.
Arak-arakan takbiran keliling tersebut dikhawatirkan dapat mengganggu ibadah misa di gereja dan berpotensi menimbulkan konflik antar jemaah gereja, ujar Zulheldi. Begitu juga pada saat shalat Ied pagi harinya. Kondisi itu juga bisa dimanfaatkan pihak tertentu dengan memprovokasi situasi, sehingga perlu dicegah dengan penyamaan persepsi antara tokoh agama.
Karena itu, ia mengimbau masyarakat di Mentawai untuk sama-sama memperkuat persaudaraan dan tali silaturahmi. Bila ada gejala kerawanan sosial agar segera disampaikan kepada polri untuk cepat diatasi.
Sementara, tokoh agama Protestan Mentawai, Pendeta Elter Saleleubaja berharap Polri menempatkan petugas pengamanan di rumah ibadah untuk mencegah masuknya provokator. Menurutnya, pawai takbiran di Mentawai sudah biasa dilaksanakan. Bahkan, umat non muslim juga ikut dalam barisan tersebut. Hal itu agar selalu tertanam dalam jiwa generasi muda Mentawai rasa kebersamaan dan persaudaraan walaupun berbeda agama, ucapnya.
“Sebagai tokoh agama Nasrani, kami sangat mendukung perayaan Idul Fitri dengan segala rangkaian kegiatan ibadahnya. Kita juga akan menyampaikan kepada jemaah nasrani untuk menjaga solidaritas dan persaudaraan kita di Bumi Sikerei ini,” tuturnya.
Di tempat yang sama, tokoh agama Islam, Ustadz Perangin Angin mengatakan, dalam perayaan Idul Fitri, kalau dapat umat muslim jangan terlalu berlebih-lebihan merayakannya. Para ustadz dan ulama akan menghimbau kepada jemaah muslim untuk merayakan Idul Fitri bersama-sama dalam kebhinekaan di bawah kerangka NKRI, ujarnya. (ers)
Komentar