Tiga Hotspot Terpantau di Sumbar, BMKG Ingatkan Potensi Kebakaran Lahan

Kebakaran hutan di Kota Sawahlunto terjadi sejak Senin (10/10). (tumpak)
Ilustrasi kebakaran lahan. (dok.padangmedia.com)

PADANG – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofosika (BMKG) memantau tiga hotspot atau titik panas di Sumatera Barat. Tiga titik tersebut tersebar di Pesisir Selatan, Pasaman Barat dan Pesisir Selatan.

Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Minangkabau Padang Budi Iman Samiaji menyebutkan, tiga titik panas tersebut terpantau hingga Senin (24/7) malam. Tidak hanya di Sumbar, titik panas juga terlihat di Riau, Jambi, Bengkulu, dan Sumatra Selatan.

Budi mengingatkan, potensi kebakaran lahan dan hutan di wilayah Sumatera Barat masih pada kategori ‘sangat mudah’, terutama di wilayah Limapuluh Kota, Dharmasraya, Pesisir Selatan, Pasaman Barat, Solok Selatan bagian Timur, Pasaman bagian Timur dan Utara, dan Sijunjung bagian Timur.

Apalagi, tidak terlihat belum terlihat pola cuaca yang akan menghasilkan hujan secara massal di wilayah Sumbar. Potensi hujan hanya bersifat lokal, terutama di wilayah sebagian kecil Kabupaten Solok, sebagian kecil Agam bagian Timur, sebagian Padangpanjang, sebagian kecil Solok Selatan, dan Mentawai.

Menurut Budi seperti dilansir dari republika.co.id, berdasarkan peta sebaran partikel atau trayektori konsentrasi partikel yang diduga asap berada di wilayah Limapuluh Kota dan Pasaman bagian timur. Sedangkan untuk wilayah lain seperti Padang, Solok, Padang Pariaman, Kota Pariaman, dan Pesisir Selatan, kondisi udara terpantau mulai sedikit kabur dengan jarak pandang berkisar lima hingga tujuh ribu meter. Namun, hal itu masih dalam batas normal.

Masyarakat Sumbar, kata Budi, juga harus mewaspadai risiko peningkatan titik panas di provinsi lain, terutama yang terletak di Selatan dan Tenggara Sumbar. Pasalnya, pola pergerakan arah angin mengalir dari arah Tenggara menuju Sumatera Barat. Artinya, risiko kebakaran hutan dan lahan bisa saja merembet ke wilayah Sumatra Barat. Jika terjadi kebakaran lahan di wilayah Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan, maka akan berdampak ke wilayah Sumbar, khususnya bagian selatan. (rin/*)

print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *