AGAM – Saat tanaman sawit menjadi idola dulu, banyak petani di Agam yang menanam bibit sawit asal jadi. Mereka menanam sawit di lahan yang tidak layak untuk tanaman sawit. Akibatnya, kini banyak petani yang kecewa karena hasilnya tidak seperti yang dibayangkan semula.
Menurut Camat Ampek Nagari, Kabupaten Agam, Drs. M. Idrus, para petani di daerah itu dulunya juga banyak yang menanam sawit. Tapi, mereka kebanyakan menanam sawit di lahan perbukitan dan lahan kering. Padahal, sawit hanya cocok di lahan rawa dan gambut.
Di samping itu, banyak petani yang menanam bibit sawit kurang berkualitas seperti di Nagari Sitalang, Batu Kambiang, Sitanang, dan termasuk sebagian di Nagari Bawan. Luasnya diperkirakan lebih dari 1.000 ha.
“Makanya, kini banyak petani ingin mengganti tanaman sawitnya dengan komoditas yang lebih cocok dengan lahan mereka dan lebih menguntungkan,” ujar Camat Ampek Nagari, M. Idrus kepada padangmedia.com belum lama ini.
Dikatakan Idrus, sawit yang ditanam di lahan perbukitan hasilnya tidak memuaskan. Selain itu, menanam di daerah berbukit justru akan mengundang bencana. Karena, sawit membutuhkan banyak air. Bila ditanam di lahan perbukitan, dikhawatirkan sawit malah akan mengundang bencana longsor di musim hujan.
Tanaman pengganti sawit yang dilirik petani adalah manggis. Pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) serta Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan (Dipertahornak) Kabupaten Agam.
“Secara bertahap kita akan mencoba menggantinya dengan komoditas yang diinginkan petani dan sesuai pula dengan kemampuan pihak SKPD terkait di Pemkab Agam. Karena, kita akan mengandalkan bantuan bibit tanaman dari SKPD tersebut,” ujarnya menjelaskan. (fajar)