PADANG- Tekanan inflasi Sumatera Barat bulan Maret 2016 mulai mengkhawatirkan. Pada periode Maret 2016 laju inflasi bulanan Sumbar tercatat sebesar 0,62 persen (month to month/ mtm), lebih rendah dibandingkan Pebruari 2016 yang sebesar 0,73 persen (mtm).
Dalam Siaran pers yang diterima padangmedia.com, Selasa (5/4), Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Barat, Selasa (5/4), Puji Atmoko menyampsikan kekhawatiran tersebut. Menurutnya, secara tahun berjalan, laju inflasi Sumbar sebesar 1,40 persen (year to date/ ytd).
“Secara tahunan, inflasi Sumbar telah berada pada level 6,63 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan bulan sebelumnya 5,95 persen (yoy),” terangnya.
Dengan besaran inflasi tersebut, kata Puji yang juga Wakil Ketua Tim Koordinasi/ Ahli Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Barat ini menyatakan, Sumbar tercatat sebagai provinsi dengan inflasi bulanan (mtm) kedua tertinggi secara nasional setelah Provinsi Sumatera Utara.
Dia menambahkan, apabila dibandingkan dengan laju inflasi bulanan (mtm) nasional periode Maret 2016 yang hanya sebesar 0,19 persen (mtm), inflasi Sumbar menunjukkan level inflasi bulanan yang relatif tinggi. Meskipun demikian, kondisi inflasi Sumbar yang tinggi tersebut masih sejalan dengan mayoritas kondisi provinsi di regional Sumatera yang sama-sama mengalami inflasi yang cukup tinggi.
Secara spasial, Kota Padang dan Bukittinggi sama-sama mengalami inflasi namun dengan perbedaan yang cukup signifikan. Kota Padang mengalami inflasi sebesar 0,55 persen (mtm), sementara Kota Bukittinggi tercatat inflasi 1,18 persen (mtm). Kondisi tersebut menempatkan Kota Padang di posisi tertinggi kedelapan dan Bukittinggi pada posisi pertama dari seluruh kota sampel yang mengalami inflasi secara nasional.
“Sesuai pola historisnya, laju inflasi bulanan Kota Bukittinggi menunjukkan kecenderungan yang lebih tinggi dari Kota Padang sejak April 2015 lalu,” tandas Puji. (feb/*)