Suharizal: Anggota Dewan tak Mau Reses Ibarat Kacang Lupa Kulitnya

PADANG – Minimnya keinginan anggota dewan untuk mengunjungi konstituen di Daerah Pemilihan (Dapil) mereka masing-masing dalam kegiatan reses perlu mendapat perhatian serius. Padahal, reses nyata-nyata merupakan hal terpenting yang harusnya dilakukan oleh anggota dewan.

Untuk reses masa sidang I tahun 2016 ini, hanya akan diikuti 12 orang anggota DPRD Padang dari total keseluruhan 43 anggota (dua lainnya dalam proses PAW, Dinul Akbar (Alm) dan Nuzul Putra).

Pengamat politik Universitas Andalas (Unand), Suharizal menilai, anggota dewan yang tidak mau reses ke Dapil pemilihannya seperti kacang lupa akan kulitnya. Menurutnya, anggota dewan yang tak mau melakukan reses jelas menyalahi aturan yang ada.

“Jika mereka takut bertemu konstituen karena kekurangan dana atau bahkan takut repot saat melaporkan keuangan nanti, bukanlah sebuah alasan,” ujarnya kepada padangmedia.com, Rabu (27/4) saat diminta pendapat perihal selalu minimnya anggota DPRD Padang yang mengambil jatah reses setiap kali istirahat masa sidang.

Menurutnya, jika memang takut untuk melakukan reses, tidak usah menjadi anggota dewan. Karena, reses merupakan kegiatan menyerap aspirasi dari masyarakat dan menjembataninya ke dalam program pemerintah.

Hal senada disampaikan pengamat politik dari IAIN Imam Bonjol Padang, M. Taufik. Menurutnya, sangatlah tidak logis anggota dewan yang tidak menggunakan masa resesnya ke Dapil mengingat seharusnya mereka menjemput aspirasi dari masyarakat.

“Reses merupakan konsekuensi dari praktik politik yang selama ini dilakukan. Mungkin karena sewaktu Pemilu mereka terbiasa memobilisasi masyarakat menggunakan uang, makanya sewaktu ada kesempatan reses mereka tidak ingin mengambil karena uang yang disediakan dirasa kurang cukup untuk mendatangkan orang banyak,” ujarnya.

M Taufik menyatakan, perlu diketahui apa motif para anggota dewan tidak mengikuti reses. “Perlu pengawasan, seperti dari LSM dan lainnya, terkait kinerja dewan. Saat ini, lemahnya pengawasan membuat mereka bekerja sesuai dengan keinginan mereka sendiri tanpa ada yang mengawasi,” ungkap M. Taufik. (baim)

print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *