AGAM – Seiring berjalannya bulan ramadhan, aksi pembakaran petasan di ibu kota Kabupaten Agam, Lubuk Basung dan sekitarnya, mulai marak terjadi. Tak hanya di jalan-jalan, tapi juga disekitaran pemukiman warga, bahkan disekitar tempat ibadah.
Maraknya suara petasan itu cukup mengganggu ketenangan warga lainnya. Tak hanya pada malam hari, aksi petasan juga dilakukan jelang tarawih dan setelah shalat subuh.
Pantauan di lapangan, aksi pembakaran petasan sudah mulai terjadi sejak satu hari menjelang Ramadhan. Aksi tersebut semakin gencar saat memasuki ramadhan. Mulai dari sore pukul 17.00 WIB, suara petasan sudah terdengar.
Santi (45), salah satu warga di Jorong II, Nagari Garagahan, Kecamatan Lubuk Basung, mengaku resah dengan maraknya ledakan petasan yang terjadi sejak dua hari terakhir.
Ia mengaku sangat terganggu karena balitanya setiap saat diancam dengan rasa kaget akibat ledakan petasan.
“Mereka tidak berfikir ada balita saya. anak saya kaget dan menangis karena suara petasan,” katanya kepada Padangmedia.com, Jumat (18/5).
Tidak hanya itu, ledakan petasan juga sangat mengganggu istirahat, sehingga warga tidak bisa tidur dikarenakan suara ledakan petasan yang sangat keras.
“Bayangkan saja, tidak bisa tidur karena suara petasan, sedangkan sahur sudah harus bangun,” sebutnya dengan kesalnya.
Hal senada juga disampaikan salah satu jemaah di Mesjid Agung Nurul Fallah, Padang Baru, Lubuk Basung. Menurut pria yang enggan disebutkan namanya itu, aksi tersebut memang sangat mengganggu ketenangan masyarakat. Terutama mengganggu kekhusukan ibadah saat pelaksanaan shalat tarawih.
Karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dia berharap adanya kesadaran seluruh lapisan masyarakat. Khususnya kepada orang tua yang seharusnya bisa memberikan pelajaran kepada anak-anak.
Selain itu, ia juga meminta kepada pihak terkait, baik dari pihak aparat kepolisian sebagai penegak hukum, maupun Satpol PP, untuk bisa turun tangan mengatasi persoalan tersebut sebelum warga yang bertindak sendiri.
“Jika untuk menghentikan aksi petasan tidak bisa, paling tidak bisa meminimalisir dengan melakukan razia petasan, karena warga sudah sangat resah dengan suara petasan,” ujarnya.
Selanjutnya, dia juga meminta tidak tebang pilih dalam melakukan razia untuk mengamankan pedagang yang menjual petasan maupun kembang api, karena banyaknya pedagang yang menjual kembang api juga menjual petasan secara sembunyi-sembunyi.
“Saya harap dirazia semuanya, karena kebanyakan yang jualan kembang api itu hanya modus untuk menutupin penjualan petasan,” tegasnya.
Terpisah, salah seorang anak-anak yang gemar bermain petasan mengaku, petasan tersebut sangat mudah didapatkan dan ditemukan di warung-warung.
“Banyak dijual dan berbagai macam jenis. Ada petasan korek, petasan banting dan masih banyak lagi,” ujarnya sambil mengaku aksi itu dia lakukan, karena rasa kegembiraan di bulan Ramadhan. (fajar)
Komentar