PADANG – Dua dari tiga kabupaten di Sumatera Barat yang sebelumnya berstatus daerah tertinggal berhasil melepaskan diri. Dengan demikian, tinggal satu kabupaten lagi yang sedang dipacu agar bisa melepas status daerah tertinggal yang disandangnya.
Dua kabupaten tersebut adalah Solok Selatan dan Pasaman Barat. Sebelumnya, bersama Kabupaten Kepulauan Mentawai, Solok Selatan dan Pasaman menyandang status tersebut sejak beberapa tahun lalu.
Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit dalam konferensi pers, Kamis (1/8/2019) menyebutkan, status Daerah Tertinggal ditetapkan pemerintah pusat dengan beberapa indikator. Sebelumnya, ada beberapa daerah di Sumatera Barat yang mendapatkan status tersebut.
“Setelah berhasil melewati seluruh indikator tersebut, hari ini, dua kabupaten lagi berhasil melepas statusnya sebagai daerah tertinggal yaitu Solok Selatan dan Pasaman Barat,” kata Nasrul.
Dia menyebut, sebelumnya Kabupaten Pesisir Selatan juga masuk dalam daftar daerah berstatus tertinggal. Namun, daerah itu berhasil melepas statusnya pada tahun 2013.
Untuk penetapan status tertinggal, lanjutnya, beberapa indikator yang dijadikan patokan oleh pemerintah pusat antara lain aksesibilitas, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sebagainya. Bagi daerah – daerah tersebut, pemerintah pusat memberikan perhatian dengan mengucurkan berbagai program yang memacu pertumbuhan indikator dimaksud untuk lebih baik sesuai penilaian.
“Setelah melalui evaluasi, pemerintah pusat menilai, Pasaman Barat dan Solok Selatan sudah memenuhi semua indikator tersebut, bahkan berada pada urutan ketiga dan keempat dari sekian banyak daerah di Indonesia,” ujarnya.
Dia mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat yang telah mampu melepaskan diri dari ketertinggalan.
Dengan lepasnya Solok Selatan dan Pasaman Barat, Nasrul menegaskan, akan memfokuskan kepada satu daerah lagi yang masih tertinggal yaitu Kepulauan Mentawai. Sebagai daerah kepulauan, tantangan untuk Mentawai cukup berat.
“Meski demikian, aksesibilitas dan segala indikator yang masih melekat di Mentawai akan terus dipacu. Jalan – jalan penghubung ke jalur utama di seluruh pulau diusahakan terkoneksi, bebernya.
Selain itu, akses pendidikan, pelayanan kesehatan, peningkatan perekonomian juga terus menjadi perhatian. Persoalan lain, makanan pokok penduduk di Mentawai telah mulai beralih kepada nasi. Sementara, luas sawah di daerah kepulauan itu tidak mencukupi.
“Ini tentunya juga menjadi perhatian tersendiri, agar kebutuhan pangan pokok bisa tetap terpenuhi,” tukuknya.
Nasrul mengungkapkan, untuk memacu Mentawai keluar dari ketertinggalan, daerah itu akan dibagi menjadi beberapa kawasan pengembangan. Seperti kawasan yang akan difokuskan menjadi kawasan wisata, kawasan ekonomi kreatif, kawasan pertanian dan perkebunan dan sebagainya.
“Semoga dengan upaya bersama antara pemerintah kabupaten dan provinsi serta perhatian dari pemerintah pusat, Mentawai juga bisa dipercepat keluar dari status tertinggal sehingga tidak ada lagi daerah tertinggal di Sumbar,” tutupnya. (fdc)
Komentar