PADANG – Potensi pariwisata Sumatera Barat merupakan modal yang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sektor ini diproyeksikan dapat mengubah tren perlambatan ekonomi yang tengah terjadi, jika dikerjakan dengan serius.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia wilayah Sumatera Barat Wahyu Purnama dalam diskusi strategi penguatan sektor pariwisata sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat, Kamis (11/4/2019). Menurutnya, Sumatera Barat memiliki modal yang kuat untuk membangun sektor pariwisata, antara lain berhasil menjuarai World’s Best Halal Culinary Destination dan World’s Best Halal Destination dalam World Halal Tourism Award 2016 di Abu Dhabi.
“Pesona alam yang masih asri dan budaya Minang yang masih kental juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara,” kata Wahyu.
Ragam kulinernyapun tak kalah menarik. Rendang didaulat sebagai masakan terlezat di dunia versi CNN Travels tahun 2017. Empat tahun sebelumnya, gulungan ombak di Mentawai sudah masuk dalam jajaran ombak terbaik di dunia versi Surfer Magazine. Bahkan Desa Pariangan yang berlokasi di Kabupaten Tanah Datar terpilih menjadi desa terindah di dunia berdasarkan analisa majalah Travel Budget.
Potensi itu juga ditunjang oleh infrastruktur yang sudah sangat baik, dengan rasio jalan mantap yang dimiliki Sumbar mencapai 82,5 persen, termasuk yang tertinggi diantara provinsi lain di Indonesia. Selain itu, pemerintah tengah berupaya untuk menggenjot pembangunan infrastruktur lainnya, seperti revitalisasi Pasar Atas Bukittinggi, perbaikan pedestrian di Pusat Kota Padang, pembangunan Gedung Budaya, perluasan runway, apron dan kapasitas Bandara Internasional Minangkabau, serta reaktivasi kereta api untuk tujuan pariwisata dari Padang ke Bukittinggi.
Meski dengan potensi yang berpeluang besar tersebut, belum selaras dengan pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan. Dari target kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2018 sebanyak 75 ribu orang, hanya tercapai 72,5 persen. Pertumbuhan lapangan usaha transportasi dan akomodasi tahun 2018 juga melambat sebesar 7,35 persen (year on year) dari tahun sebelumnya 7,96 persen (yoy).
Dari sisi investasi yang ditanamkan pada sektor inipun belum optimal. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang tercatat oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu (DPMPTSP) Sumbar hanya menyumbang 4,39 persen dari total investasi tahun 2018 atau sebesar Rp101,34 miliar (investasi pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum). Sedangkan untuk Penanaman Modal Asing (PMA) menyumbang sebesar 15,27 persen atau sebesar US $20,97 juta.
Strategi untuk mengoptimalkan pariwisata Sumatera Barat menjadi topik bahasan utama dalam diskusi yang digelar di aula Anggun Nan Tongga kantor perwakilan Bank Indonesia Sumatera Barat. Diskusi itu dihadiri oleh Anang Sutono dari Kementerian Pariwisata serta dibuka oleh Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno.
Irwan Prayitni mengakui, pentingnya pengembangan pariwisata Sumatera Barat mengingat potensi besar tersebut akan mampu mendorong percepatan ekonomi jika terkelola dengan baik. Dia menyebutkan, pengembangan pariwisata masuk dalam program prioritas pembangunan daerah dan hingga kini sudah mulai berjalan cukup baik, terlihat dari berkembangnya lapangan usaha perhotelan dan rumah makan yang terus menggeliat.
“Ke depan perlu sinergi dan koordinasi lebih baik lagi antar instansi dengan pelaku usaha untuk terus mendukung pengembangan pariwisata,” ujar Irwan.
Diskusi tersebut merupakan bagian dari diseminasi Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Barat periode Februari 2019. Dalam diskusi, juga dibahas mengenai berbagai strategi yang dapat diterapkan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam meningkatkan pariwisata ke depan. Antara lain pengembangan destinasi wisata dan promosi wisata (branding) yang mengacu pada konsep 3A dan 2P, yakni Akesibilitas, Atraksi, Amenitas, Pelaku Usaha dan Promosi.
Dari sisi aksesibilitas, yang perlu menjadi perhatian adalah pengembangan akses jalan raya dan penyediaan sarana transportasi publik yang layak dan nyaman menuju destinasi wisata. Atraksi wisata yang sudah banyak di Sumbar, ke depan diharapkan dapat lebih diorganisir dengan profesional sehingga memberikan dampak publikasi dan ekonomi yang luas.
Sementara dari sisi amenitas, pelaku usaha diharapkan dapat lebih banyak mengembangkan kawasan Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition (MICE). Pelaku usaha restoran juga diharapkan dapat mendapatkan label Halal dari MUI untuk menambah keyakinan konsumen terkait kehalalan makanan yang disediakan.
Potensi pariwisata Sumbar yang besar, diharapkan diimbangi dengan promosi destinasi wisata melalui promosi konvensional maupun digital, salah satu yang potensial untuk dikembangkan adalah konsep wisata halal atau muslim friendly. Dari sisi pelaku usaha, perbankan komit untuk terus mengembangkan sektor pariwisata dengan menyalurkan kredit, termasuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) pariwisata. (fdc)