PADANG – Rencana pemberlakuan satu mata uang (single currency) untuk kawasan ASEAN masih belum memungkinkan. Kondisi dan karakter ekonomi di masing-masing negara masih belum mendukung untuk (single currency) itu.
Hal itu ditegaskan Deputi Gubernur Bank Indonesia Hendar, menyoal penandatanganan nota kesepahaman Bank Indonesia, Bank Sentral Malaysia dan Bank Of Thailand pekan lalu. Nota kesepahaman tersebut menurut Hendar lebih kepada kesepahaman bilateral dan investasi langsung dalam mata uang lokal.
“Mengenai single currency untuk kawasan ASEAN memang sudah menjadi pemikiran sejak lama tapi perlu diperhatikan pros and cons (baik buruk) nya. Kenapa ini perlu diperhatikan? Karena heterogenitas dari negara-negara di kawasan ASEAN,” kata Hendar, Minggu (25/12).
Bisa dibayangkan, lanjutnya, bagaimana mensejajarkan negara-negara di kawasan ASEAN seperti Singapura dengan beberapa negara lain di kawasan seperti Laos dan sebagainya.
“Jadi untuk keseragaman mata uang itu memerlukan kajian dari sisi ekonomi di seluruh negara di kawasan ASEAN,” ujarnya.
Yang dilakukan dalam nota kesepahaman antara Indonesia, Malaysia dan Thailand menurut Hendar adalah bilateral currency, bagaimana dalam transaksi perdagangan di tiga negara tersebut cukup menggunakan mata uang negara masing-masing.
“Jadi tidak usah repot-repot mencari mata uang US Dollar misalnya. Cukup dengan Rupiah, Ringgit atau Bath Thailand,” terangnya.
Hendar berkunjung ke Sumatera Barat dalam rangka sosialisasi uang Rupiah desain baru Tahun Emisi 2016 pada Sabtu dan Minggu (24 dan 25/12) lalu didampingi Kepala Departemen Regional I dan Kepala Departemen Regional III. Hendar sempat melakukan aksi berbelanja di salah satu toko pakaian di Pasar Atas Kota Bukittinggi dan membayar dengan menggunakan uang Rupiah keluaran baru.
Seperti dikutip dari siaran pers Bank Indonesia, Gubernur Bank Indonesia, Agus D Martowardoyo bersama Gubernur Bank Negara Malaysia, Muhammad bin Ibrahim dan Gubernur Bank of Thailand, Veerathai Santiprabhob telah menandatangai Nota Kesepahamam Local Currency Settlement Framework pada Jumat (23/12) lalu.
Bank Negara Malaysia dan Bank of Thailand, masing-masing menandatangani Nota Kesepahaman dengan Bank Indonesia untuk pembentukan kerangka kerja sama untuk mendorong penyelesaian perdagangan bilateral dan investasi langsung dalam mata uang lokal (local currency settlement). Nota Kesepahaman ini merupakan tonggak utama dalam kerja sama bank sentral di regional.
Menindaklanjuti implementasi kerangka kerja sama serupa antara Bank Negara Malaysia dan Bank of Thailand pada awal tahun ini, kerja sama bilateral ini akan memfasilitasi kegiatan ekonomi dan keuangan antar ketiga negara dengan lebih efisien. Hal tersebut akan memberikan manfaat bagi pelaku usaha melalui pengurangan biaya transaksi dan meningkatkan efisiensi perdagangan dan investasi. Di tengah kondisi pasar keuangan global saat ini yang masih volatile, hal tersebut akan memberikan lebih banyak opsi bagi pelaku usaha dalam memilih mata uang untuk setelmen perdagangan.
Kerangka kerja sama ini akan membantu penggunaan mata uang lokal di kawasan ASEAN dan mendorong pengembangan lebih lanjut pasar keuangan regional dalam mendukung integrasi ekonomi dan keuangan yang lebih luas. (feb)