Ritual Nyalakan Ratusan Lampion Jelang Imlek di Pecinan Kota Padang

tradisi nyalakan lampion jelang imlek di klenteng See Hin Kiong
PADANG–Klenteng See Hin Kiong di kawasan Pondok,Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) menyalakan lebih dari 300 lampion (tenglong) serta menampilkan atraksi barongsai dari Team Barangsai Tjoa ,Sabtu (23/1) malam, dalam rangka menyambut tahun baru Imlek ke-2567, tahun Monyet.
 “Lampion ( tenglong) berarti terang,dan perlu ritual dengan atraksi barongsai sebelum menyalakannya agar mendapatkan kebaikan atau berkah,” kata Sekretaris Klenteng See Hin Kiong Gazali dari Klenteng See Hin Kiong,Padang.
Ia mengatakan kegiatan tersebut merupakan tradisi dari masyarakat Tioghoa tiap tahunnya dalam menyambut tahun baru Imlek yang kali ini jatuh pada 8 Februari 2016 mendatang. “Pada tahun lalu tradisi ini kami adakan pagi hari, namun kali ini diadakan malam hari agar khalayak ramai mengetahui kegiatan ini,”jelasnya.
Kegiatan tradisi menyambut tahun baru dengan menyalakan Lampion dan penampilan atraksi barongsai juga untuk memperlihatkan dan menunjang unsur pariwisata di kawasan Pecinan Padang (kawasan masyarakat etnis tionghoa-red) di kota Padang,Sumatera Barat.
Lampion tersebut akan menyala hingga 15 hari setelah tahun baru Imlek. Kemudian setelah kegiatan pada Sabtu (23/1) malam ini sebagai acara pembukaan jelang perayaan imlek, pihak klenteng akan mempersiapkan rangkaian acara lainnya.”Pada perayaan imlek nantinya akan ada banyak rangkaian acara, termasuk pasar malam dan bazar,”ungkapnya.
Sementara Pengurus Klenteng See Hin Kiong bidang Bina Usaha, Iswanto Kwara yang juga salah seorang anggota dewan kota Padang, menyampaikan bahwa ritual yang diadakan tersebut memiliki tanda simbolis tersendiri dan sangat bermakna untuk mendapatkan kebaikan dari segala hal pada tahun ini dan tahun selanjutnya.
Menurutnya, ritual barongsai sebelum menyalakan Lampion itu melambangkan pengharapan agar rezeki di tahun baru terus berkembang serta diberikan kesehatan dan dimudahkan dalam segala urusan. “Sembilan buah jeruk saat ritual berarti emas dari Tuhan, Selada melambangkan rezeki dan Jeruk bali berarti harta, pada akhir ritual, jeruk bali dikembangkan yang maknanya agar harta dan rezeki terus berkembang,”terangnya.
Ia juga menyampaikan kegiatan ini salah satu penunjang pariwisata Kota Padang. “Semua ornamen di Klenteng ini kental akan budaya Tionghoa dan semuanya pernak pernik seperti batu ukiran, baik di dalam maupun luar klenteng, semuanya didatangkan langsung dari negeri cina,bahkan tenaga kerjannya pun dari cina,”tutupnya.
Rany(26) salah seorang pengunjung mengatakan  takjub dengan adanya atraksi barongsai serta dinyalakannya ratusan lampion ditempat ini.”Memang suatu hal yang sangat unik dan menarik dari kebudayaan Tioghoa di sini dan menurutnya ketika kita berada disini apalagi dengan banyaknya cahaya lampion seakan berada di negeri di cina,”ujarnya. (baim).
print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *