
BUKITTINGGI – Rencana Bank Indonesia untuk melakukan redenominasi terhadap uang Rupiah masih mencari waktu yang tepat. Rencana tersebut harus dipersiapkan dengan matang sehingga ketika tiba waktunya dilakukan (redenominasi), Indonesia sudah benar-benar siap.
Hal itu ditegaskan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hendar dalam kunjungan kerjanya ke Bukittinggi, Sumatera Barat, Minggu (25/12). Hendar melakukan kunjungan kerja ke Sumatera Barat didampingi Kepala Departemen Regional Wilayah I dan Kepala Departemen Regional Wilayah III Bank Indonesia serta Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah Sumatera Barat Puji Atmoko.
“Redenominasi uang Rupiah akan kita lakukan menunggu momentumnya betul-betul tepat,” kata Hendar.
Menurutnya, momentum tersebut antara lain dengan mempertimbangkan kondisi dan stabilitas ekonomi makro dan sebagainya. Redenominasi ini perlu dilakukan untuk penyederhanaan digit uang Rupiah yang saat ini beredar di masyarakat.
Seperti diberitakan sebelumnya, redenominasi ini telah mengemuka dan menjadi kajian panjang Bank Indonesia dalam rangka penyederhanaan digit uang Rupiah. Bank Indonesia menegaskan redenominasi tidak akan mempengaruhi daya beli dan nilai tukar karena bukan sanering.
“Ini bukan sanering sehingga tidak mempengaruhi daya beli dan nilai tukar. Ada masa transisi selama 8 tahun saat redenominasi berlaku,” kata Gubernur Bank Indonesia Agus D Martowardoyo saat peluncuran pengedaran dan pengeluaran uang Rupiah desain baru pada 19 Desember 2016 lalu.
Deputi Direktur Komunikasi Bank Indonesia Andiwiyana saat kunjungan wartawan ekonomi Sumatera Barat akhir tahun 2015 lalu menegaskan, penyederhanaan nominal mata uang membutuhkan waktu antara lima sampai dua belas tahun, belajar dari kebijakan negara-negara yang pernah melakukan redenominasi.
” Sebetulnya, redenominasi ini hanyalah penyederhanaan penyebutannya sementara nilai tukarnya tidak berubah. Namun ini akan memiliki efek psikologis massa dan pola pikir sehingga perlu waktu,” kata Andi.
Ia membandingkan, di beberapa negara nominal mata uangnya hanya sampai 100 sementara di Indonesia nilai tertinggi mata uang adalah Rp100.000,-. Hal ini menurut Andi memiliki risiko kesalahan penulisan dalam jumlah besar. (feb)