
PADANG- Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan bersama PT Kereta Api Indonesia (KAI) berencana akan mengaktifkan kembali (reaktivasi) sejumlah jalur kereta api di Sumatera Barat (Sumbar). Reaktivasi tersebut akan meningkatkan konektivitas daerah serta bisa menjadi pilihan moda transportasi massal yang diyakini akan menggenjot perekonomian.
Rencana tersebut mengemuka dalam dialog yang digelar Kementerian Perhubungan bersama PT KAI, Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy bersama wartawan di Stasiun KA Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Senin (15/11/2021). Dalam dialog yang juga dihadiri oleh pengamat transportasi publik dari Universitas Andalas (Unand) Yossyafra itu, terungkap potensi, kendala dan solusi dari persoalan yang diprediksi akan mengiringi rencana reaktivasi.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulmafendi menyebutkan, reaktivasi akan dilakukan secara bertahap. Tahun 2023 akan diaktifkan jalur Naras-Sungai Limau.
“Ini (jalur Naras-Sungai Limau) sudah masuk dalam rencana strategis. Tahun depan dilakukan penertiban dan 2023 sudah dimulai,” kata Zulmafendi.
Dia menyebutkan, reaktivasi jalur kereta api di Sumbar itu sudah melalui kajian. Diyakini, terbangunnya konektivitas jalur kereta api nantinya akan memberikan dampak positif kepada masyarakat.
“Seluruh jalur di Sumbar sebetulnya perlu direaktivasi untuk meningkatkan konektivitas, membuat ketersediaan moda transportasi massal semakin lengkap. Namun, reaktivasi membutuhkan anggaran besar sehingga dilakukan secara bertahap,” ujarnya.
Kepala Balai Teknik Perkeretaapian wilayah Sumbar, Suranto menyebutkan, total ada 370 jalur lintasan sebidang di Sumbar. Sebagian besar jalur tersebut saat ini kondisinya tidak aktif.
“Seperti di jalur Padangpanjang Payakumbuh, Sawahlunto, Solok dan sebagainya, sebagian besar tidak berfungsi,” ucapnya.
Jika seluruh jalur tersebut diaktifkan, maka konektivitas antar daerah di Sumbar akan semakin baik, angkutan orang dan barang akan semakin lancar.
Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy menyambut baik rencana rekativasi jalur kereta api tersebut. Menurutnya, dengan ketersediaan sarana transportasi massal bisa meningkatkan ekonomi masyarakat.
Meski demikian, Audy juga menyadari bahwa saat ini kereta api di Sumbar belum menjadi pilihan utama masyarakat. Namun kondisi itu bisa jadi disebabkan juga oleh jangkauan jalur yang juga masih terbatas.
“Sumbar berbeda dari daerah lain, tidak seperti di Pulau Jawa yang jumlah penduduknya banyak dan mobilitas masyarakatnya tinggi. Selain itu, kereta api juga baru menjangkau daerah tertentu, ini juga menjadi faktor mengapa kereta api belum menjadi pilihan,” sebutnya.
Jalur kereta api di Sumbar saat ini tersedia untuk rute Pulau Air-Simpang Haru-BIM-Duku-Pariaman dan Kayu Tanam. Sedangkan jalur tersedia sampai ke Payakumbuh, Sawahlunto dan Solok.
Audy menerangkan, jalur tersebut sudah ada bahkan sejak zaman kolonial. Jika tidak memiliki nilai ekonomi, menurutnya tidak mungkin dibangun jalur kereta api oleh pemerintah Hindia Belanda.
Sementara itu, pengamat transportasi publik Unand, Yossyafra menilai kereta api merupakan moda transportasi massal berbiaya murah dan tepat waktu. Seharusnya, masyarakat bisa memanfaatkannya dengan baik untuk kebutuhan mobilitas angkutan orang dan barang.
“Kondisinya, untuk Sumbar berbeda dengan daerah lain. Masyarakat yang memanfaatkan kereta api masih sedikit sehingga membuat biaya operasional menjadi tinggi,” bebernya.
Padahal, lanjutnya, kereta api itu dioperasikan dengan uang rakyat juga. “Jadi ketika tidak dimanfaatkan dengan baik oleh rakyat, yang rugi ya rakyat juga. Kalau berpikir pesimis, untuk apa dioperasikan kalau hanya akan rugi, tapi konsepnya tidak seperti itu, kereta api itu dihadirkan pemerintah untuk meningkatkan akses transportasi masyarakat, tidak sekedar untung-rugi,” ujarnya.
Dari sisi masyarakat, Yossyafra menyarankan agar dapat memanfaatkan kereta api sebagai pilihan sarana transportasi, karena bisa menghemat biaya. Di sisi lain, pemerintah dan PT KAI juga terus berinovasi untuk meningkatkan jangkauan dan kualitas layanan. (Febry)
Komentar