
BUKITITINGGI – Setelah dilaksanakan sejak tahun 2018, akhirnya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bukittinggi selesai dibangun. Wali Kota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias meresmikan RSUD tersebut, Senin (18/01).
Kepala Dinas Kesehatan Bukittinggi, drg. Yandra Feri, menjelaskan, RSUD Bukittinggi dibangun sejak tahun 2018 lalu dengan total anggaran Rp150 milyar lebih dari APBD Bukittinggi. Dari jumlah itu, bangunan fisik menelan dana sebesar Rp107 milyar lebih. Sedangkan sisanya diperuntukkan untuk pengadaan alat kesehatan.
“RSUD Bukittinggi terdiri dari enam lantai dengan 100 tempat tidur, tujuh poli. Juga memiliki ruang operasi gawat darurat dan ruang operasi central,” jelasnya.
Yandra mengungkapkan, RSUD Bukittinggi dimulai perencanaannya sejak lima hari setelah dirinya dilantik sebagai Kadis DKK Bukittinggi. Mulai dari kontrak perencanaan tanggal 24 April 2017 dengan nilai Rp1 milyar lebih. Selanjutnya, pelaksanaan pembangunan dimulai pada Agustus 2018.
“Dalam pelaksanaannya, memang ada sejumlah hambatan. Namun, semua berhasil dilewati sesuai aturan yang berlaku. Pelaksana yang lama telah diputus kontrak pada tanggal 7 Oktober 2018. Selanjutnya Februari 2019 pembangunan dilanjutkan oleh PT. MAS yang berhasil membangun RSUD ini dengan baik,” ungkapnya.
Persiapan sarana prasarana, juga telah diadakan alat kesehatan senilai Rp34 milyar lebih. Semua buatan Eropa dan dilakukan dengan sistem e-catalog.
Untuk SDM, dibutuhkan tenaga 277 orang. Maka dilakukan adopsi petugas kesehatan dari Puskesmas dan juga rekruitmen 100 tenaga kesehatan yang dilaksanakan secara online dan terbuka.
“Artinya rumah sakit sekarang ini, dengan dana Rp34 milyar untuk alkes dan Rp6 milyar untuk penunjang. Sudah sesuai dengan standar minimal,” ungkapnya.
Dalam peresmian RSUD ini, drg. Yandra Ferry juga sekaligus berpamitan karena akan masuki purna tugas, pada tanggal 29 Januari mendatang.
Wali Kota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias mengapresiasi hasil pembangunan RSUD Bukittinggi. Dimana, perencanaan dari awal, bangunan dibuat sebaik mungkin dan sarana prasarana untuk RSUD pun harus maksimal. Dilengkapi dengan alat yang canggih berasal dari Belanda dan Jerman.
“Alhamdulillah. Saya merasa bangga dan haru karena RSUD Bukittinggi selesai dibangun. Ini janji kampanye saya tahun 2015 lalu. Alhamdulillah terwujud saat ini. Tapi masih ada fitnah, yang bilang alat kesehatan yang dibeli buatan Cina. Saya pastikan kalau alkes yang dibeli merupakan buatan Eropa. Saya juga berterima kasih kepada Almarhum Maderizal, yang waktu itu telah menyisihkan dana cadangan untuk pembangunan RSUD sebesar Rp13 milyar,” jelasnya.
Tenaga kesehatan untuk RSUD pun direkrut memang (diutamakan) dari warga Bukittinggi. Saat ini RSUD tinggal lagi operasional. Menurut Ramlan, rumah sakit tersebut dibangun untuk tipe C. Minimal ada 4 dokter spesialis.
“Membangun ini butuh ketulusan, butuh keikhlasan. Jadi kami yakin apa yang telah dilaksanakan ini sesuai dengan aturan yang berlaku. Saat ini memang peresmian bangunan. Untuk operasional masih menunggu keputusan Mendagri dan juga aturan lainnya, karena berkaitan dengan struktur organisasi dari RSUD sendiri,” ungkap Ramlan.
Ketua DPRD Bukittinggi, Herman Sofyan menyampaikan kekagumannya atas bagunan RSUD yang memang dinilai sangat baik. Bahkan Herman Sofyan menilai RSUD Bukittinggi merupakan RSUD termegah di Sumatra Barat.
“Kami di DPRD dan atas nama masyarakat Bukittinggi mengapresiasi kinjera dari Dinas Kesehatan dan pelaksana. Ini kebanggaan bagi Bukittinggi. DPRD tidak sia-sia menganggarkan dana cukup besar untuk RSUD. Karena hasilnya sangat luar biasa, menjadi RSUD termegah di Sumbar,” sebutnya. (Febry/rls)