LOMBOK – Walikota Sawahlunto Ali Yusuf menerima penghargaan kebudayaan PWI Award pada puncak Hari Pers Nasional (HPN) 2016 di Mandalika Resort Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa (9/2). Penghargaan kebudayaan diserahkan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani.
Pada acara yang dihadiri Presiden Joko Widodo itu, penghargaan yang sama juga diberikan kepada Dedy Mulyadi (Bupati Purwakarta Jawa Barat), Abdullah Azwar Anas (Bupati Banyuwangi, Jawa Timur), Enthus Susmono (Bupati Tegal, Jawa Tengah), Hugua (Bupati Wakatobi, Sulawesi Tenggara), Jimmy F. Eman (Walikota Manado, Sulawesi Utara), Mochamad Ridwan Kamil (Walikota Bandung, Jawa Barat) dan Wilhelmus Foni (Penjabat Bupati Belu, NTT).
Walikota Ali Yusuf menyatakan, penghargaan kebudayaan itu adalah penghargaan kepada warga Kota Sawahlunto yang sangat mendukung dan mencintai kebudayaan yang sangat Bhineka di kota itu. Yang sangat membanggakan, sebut Ali, momentum penyerahannya pun di hadapan ribuan media yang hadir pada HPN di NTB, yang sangat berdampak luas terhadap Kota Sawahlunto sehingga semakin dikenal.
“Penghargaan untuk Kota Sawahlunto ini adalah satu-satunya pemerintah daerah di Pulau Sumatra yang menerimanya,” sebutnya didampingi Kabag Humas Setdako Zainul Anwar usai acara puncak HPN di Mandalika Resort Lombok.
Sebelumnya, di hadapan Focus Group Discussion (FGD) Anugerah Kebudayaan dengan tema “Bupati/Walikota Sebagai Ujung Tombak Kebudayaan Nasional” yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Hotel Lombok Raya, Mataram, Ali Yusuf memaparkan Kebangkitan Kota Sawahlunto dalam kebudayaan diawali saat Walikota saat itu, Subari Sukardi bersama DPRD menetapkan visi baru untuk membangun daerah.
Visi tersebut dirumuskan dalam Perda 2/2001, yaitu Sawahlunto tahun 2020 menjadi Kota Wisata Tambang yang Berbudaya. Visi besar tersebut kemudian dilanjutkan dan dimantapkan oleh walikota berikutnya, yaitu Amran Nur. Hasilnya, pada tahun 2014, Sawahlunto berhasil menjadi mendapatkan penghargaan pemerintah kota peduli Cagar Budaya dan pemerintah kota peduli Museum.
Cagar budaya yang dijadikan pioner bisa bangkit sampai hari ini. Bahkan, Pemkot Sawahlunto juga menghidupkan kembali heritage songket silungkang yang pada zaman Belanda sangat terkenal ke berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, di Sawahlunto juga digelar Festival Wayang Nusantara Sawahlunto (FeWaNuSa) yang pada 2015 memasuki tahun ketiga. (tumpak)