PADANG – Kerusakan infrasktruktur jalan masuk provinsi Sumatera Barat menjadi keluhan Distributor. Kondisi itu mengakibatkan proses distribusi barang menjadi lama sehingga menimbulkan biaya tinggi. Tak pelak, hal itu menjadi penyebab naiknya harga barang di pasaran.
Albert Hendra Lukman, salah seorang distributor mengaku terpaksa memilih distribusi jalur laut untuk menghindari biaya tinggi ketika diangkut melalui darat. Kondisi jalan rusak membuat alur distribusi lewat darat menjadi tidak lancar.
“Untuk kelancaran arus distribusi, sementara ini terpaksa memilih jalur laut,” ungkapnya, Kamis (26/5).
Meski demikian, distribusi jalur laut menurutnya juga bukan tanpa risiko. Namun sementara ini hanya jalur laut yang lebih menjamin kelancaran arus barang distribusi. Menurutnya, risiko yang harus ditanggung distributor adalah soal waktu. Distribusi jalur laut membutuhkan waktu lebih lama, biaya angkut lebih mahal ditambah lagi biaya bongkar muat di pelabuhan.
“Kondisi-kondisi itu sangat berpengaruh kepada harga-harga barang sehingga harga di Sumatera Barat lebih tinggi,” ujarnya.
Solusinya, kata anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatera Barat ini, pemerintah harus memperbaiki infrastruktur. Dengan kondisi jalan yang lebih baik, distribusi barang menjadi lancar sehingga biaya distribusi bisa ditekan.
Perbaikan infrastruktur yang diperlukan menurutnya antara lain pelebaran badan jalan dan pemeliharaan rutin. Kerusakan jalan harus mendapat penanganan yang cepat supaya distribusi barang tidak terhambat. Ini harus menjadi catatan bagi pemerintah karena sangat berpengaruh kepada perekonomian.
Dia juga meminta pemerintah untuk menghidupkan kembali jalur perkeretaapian. Kereta Api dinilai lebih efektif sebagai alat transportasi massal karena biaya lebih murah dan waktu tempuh bisa menjadi lebih pendek. Dengan demikian, moda transportasi di Sumbar akan lebih lengkap sehingga berdampak positif terhadap roda perekonomian. (feb)