MUHAYATUL, SE, M.Si
Ketua Fraksi PAN DPRD Provinsi Sumatera Barat
Pesisir Selatan kembali bersinar, sebuah ungkapan yang membawa sebuah makna Pesisir Selatan akan terus berkembang dan maju. Sebuah harapan yang diinginkan Kembali oleh masyarakat Pesisir Selatan akan membawa kesejahteraan dan kemakmuran.
Pesisir Selatan merupakan salah satu kabupaten yang berada dalam lingkungan administrasi Provinsi
Sumatera Barat yang terletak di wilayah pantai barat Sumatera. Berbatasan langsung dengan Kota Padang sebelah utara membuat Pesisir Selatan menjadi tempat strategis dalam hal perekonomian. Kemudian berbatasan dengan Solok, Solok Selatan, Kerinci dan Sungai Penuh sebelah Timur menjadikan pesisir Selatan menjadi wilayah yang topografinya terdiri dari dataran, gunung dan perbukitan yang merupakan perpanjangan gugus bukit barisan dan termasuk Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Selanjutnya berbatasan dengan Provinsi Bengkulu sebelah Selatan membuat Pesisir Selatan menjadi wilayah perbatasan dan menjadi pintu masuk ke Sumatera Barat, serta berbatasan langsung dengan Samudera Hindia sebalah Barat menjadikan Pesisir Selatan menjadi wilayah Pantai dengan memiliki potensi yang melimpah, baik sektor perikanan dan pariwisata secara dominan.
Wilayah Pesisir Selatan secara geografis terdiri dari Pantai, perbukitan dan gunung membuat Pesisir Selatan memiliki panorama keindahan alam yang sangat melimpah. Inilah yang mendasari banyaknya potensi objek wisata, sehingga tidak salah mendapatkan julukan “Negeri Sejuta Pesona”.
Memiliki luas wilayah 5.749,89 km persegi dan garis pantai 234 km membuat Pesisir Selatan menjadi wilayah yang memiliki potensi wisata pantai yang besar dan didukung dengan keindahan pemandangan Samudera Hindia yang memukau. Sehingga tidak salah pemerintah setempat menjadikan wisata alam menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) paling besar setelah industri.
Mengandalkan potensi alam yang sangat memukau, salah satunya Pesisir Selatan memiliki panorama pantai yang sangat indah, seperti Pantai Carocok, Pulau Cingkuak dan Mandeh, menjadi destinasi favorit wisatawan setiap libur lebaran. Menawarkan keindahan matahari terbenam dan akses mudah ke Pulau Cingkuak serta memiliki nilai sejarah sebagai bekas benteng kolonial, bahkan menjadi nilai religius dengan kehadiran Mesjid Samudera Illahi membuat Pantai Carocok banyak dikunjungi wisatawan baik lokal maupun penjuru Indonesia bahkan wisatawan manca negara.
Kemudian, kehadiran Mandeh sebagi “Raja Ampat dari Barat” menjadi nilai tawaran sendiri bagi pengunjung yang berdatangan terus dengan keindahan gugusan pulau-pulau kecil dan air laut yang sangat jernih.
Menjadi objek wisata yang dominan dikunjungi wisatawan, Pantai Carocok dan Mandeh dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat, terutama masyarakat yang bergerak di bidang UMKM. Apalagi data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Pesisir Selatan menunjukkan pada tahun 2017 wisatawan yang berkunjung sebanyak 2.350.000 orang, tahun 2018 sebanyak 2.470.000 orang dan 2019 sebanyak 2.065.862 orang. rata-rata wisatawan yang berkunjung ke Pesisir Selatan mencapai 2 jutaan, pantai carocok dan mandeh menjadi kunjungan yang dominan bagi wisawatan. Pada masa inilah wisata Pesisir Selatan menjadi salah satu primadona di Sumatera Barat untuk dikunjungi oleh wisatawan.
Namun, sejarah kelam mengguncang wisata Pesisir Selatan selama beberapa tahun ke belakang. Julukan “Negeri Sejuta Pesona” tidak lagi menjadi patron wisatawan untuk mengunjungi Pesisir Selatan lagi, bahkan objek wisata pun tidak lagi terkelola dengan baik.
Kondisi ini terjadi sekitaran tahun 2021 sampai tahun 2024, dimana jumlah wisata yang berkunjung ke Pesisir Selatan pada saat lebaran sangat turun drastis. Badan Pusat Statistik (BPS) Pesisir Selatan menunjukkan data pada tahun 2023, sebanyak 300.000 orang mengunjungi Pesisir Selatan, bahkan sangat mirisnya pada tahun 2024 semakin turun sebanyak 25 persen atau 230.000 orang dari tahun 2023.
Kondisi ini sangat jauh berbeda antara tahun 2017-2019 dengan 2021-2024 atau terjadi di masa dua kepemimpinan pemerintahan yang berdeda antara Hendrajoni dengan Rusma Yul Anwar. Penyebab terjadi penurunan yang sangat drastis ini bisa dilihat dari faktor pengelolaan wisata, di mana objek wisata yang belum efektif pengelolaannya sehingga mempengaruhi kualitas pengalaman wisawatan.
Kemudian persaingan dengan destinasi daerah lain, salah satu cara untuk bersaing dengan destinasi daerah lain dapat dilakukan dengan mengembangkan inovasi baru, akan tetapi kurangnya inovasi dalam mengembangkan objek wisata Carocok dan Mandeh beberapa tahun belakangan ini menjadi penyebab menurunnya minat pengunjung wisatwan ke sana.
Selanjutnya faktor keamanan dan keselamatan, kita bisa melihatan beberapa tahun kebelakangan ini wisata Pantai Carocok dan Mandeh selalu dikekangi dengan aksi premanisme dan pungutan liar, seperti aksi pemaksaan, biaya parkir tidak jelas ini menyebabkan pengunjung merasa tidak nyaman dan mempengaruhi citra daerah, apalagi premanisme dan pungutan liar menjadi musuh utama di Pesisir Selatan.
Terakhir kualitas pelayanan, faktor ini menjadi sentral dimana menjadi tiang dari kenyaman dan kemanan pengunjung, namun kondisi ini sangat prihatin dimana bisa dilihat ketidakefektifannya sistem parkiran, fasilitas yang tidak terawat dan sistem pedagang yang semrawut.
Kondisi wisata Pesisir Selatan ini terkhusus wisata pantai Carocok dan Mandeh yang menjadi objek vital wisata Pesisir Selatan patut dibenahi. Evaluasi perlu dilakukan apalagi dalam menyambut libur lebaran tahun 2025 ini.
Pada masa pemerintahan Bapak Hendrajoni dan Bapak Risnaldi Ibrahim tentunya menjadi harapan baru bagi wisata Pesisir Selatan. Sejauh dari pengamatan penulis lihat sudah ada langkah konkrit dalam membenahi kondisi tersebut, seperti memberantas premanisme dan pungutan liar, pembenahan sarana wisata, penataan kembali para pedagang yang tendanya menghalangi tempat parkir dan menempatkan ke kios pujasera agar lebih rapi, menerbitkan karcis resmi dengan standar harga sesuai kendaraan wisatawan dan penunjukan petugas resmi dari pemerintah serta yang tak kalah pentingnya yaitu melakukan promosi wisata dengan mengadakan event besar yang mendatangkan artis minang ternama seperti Upiak Isil, Big Heru dan lainnya.
Langkah konkrit 100 hari pertama pemerintahan Bapak Hendrajoni sebagai Bupati Pesisir Selatan yang sudah dilakukan perlu diapresiasi. Kenapa tidak, memiliki perhatian khusus pada sektor wisata dengan membuat kebijakan strategis dalam menata kembali tata kelola objek wisata Pesisir Selatan akan mampu membuat “Pesisir Selatan kembali Bersinar” setalah beberapa tahun meredup. Inilah yang penulis maksudkan dengan langkah-langkah yang tepat dengan strategi yang matang dan memiliki perhatian dalam sektor wisata tentu akan bisa mengembalikan citra atau julukan Pesisir Selatan “Negeri Sejuta Pesona” dan “Pesisir Selatan kembali Bersinar”. Semoga! (*)