Pertamina UMK Academy, Ruang Mitra Binaan Rambah Pasar Global

Desi, pelaku UMK mitra binaan Pertamina di gerai sulaman bordirannya. (Dok. Pertamina)

BUKITTINGGI – Program Pertamina UMK Academy menjadi ajang promosi bagi pelaku (Usaha Mikro dan Kecil) mitra binaan Pertamina “naik kelas” merambah pasar internasional. Program tersebut digelar PT Pertamina pada akhir tahun 2020 lalu.

Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Agus Suprijanto menerangkan, Pertamina mendukung pengembangan produk lokal. UMKM tersebut akan terus dikembangkan dengan skema pembinaan Go Digital, Go Modern, Go Online, hingga Go Global.

“Pertamina akan membantu hingga produk budaya bangsa ini bisa go international dan dikenal masyarakat dunia, melalui pameran dan upaya penjualan ke luar negeri atau ekspor,” kata Agus, Kamis (25/2/2021).

Dia menambahkan, Pertamina membina sektor usaha mikro dan kecil (UMK) melalui Program Kemitraan. Para UMK yang menjadi mitra binaan akan didampingi hingga menjadi UMK naik kelas. Percepatan UMK naik kelas ini dilaksanakan salah satunya melalui program Pertamina UMK Academy yang digelar pada akhir tahun 2020 lalu.

Salah seorang dari ratusan pelaku UMK peserta kegiatan tersebut adalah Desi Oktavia. Pemilik Sulaman dan Bordiran Putri Ayu itu dinyatakan lulus dan naik kelas setelah menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan dalam kelas Go Global.

“Bersyukur mendapat kesempatan ini, banyak mendapat pengetahuan untuk ekspor dan kami siap untuk melakukan itu,” katanya.

Ia sangat berharap sulam dan bordir dapat terdengar gaungnya hingga ranah internasional. Sebab, sulam dan bordir Bukittinggi memiliki ciri khas berbeda dengan yang lain.

Hasil sulam dan bordirnya memiliki tekstur lebih padat dan halus. Lantaran bordirnya yang cantik, maka material yang dipilih harus lebih light. Maka dari itu Sulaman dan Bordiran Putri Ayu mampu bersaing dengan bisnis lainnya.

Desi mengisahkan, toko sulaman itu milik turun temurun yang lahir sekitar tahun 80-an. Ibundanya, Mislaili yang merintis awal usaha tersebut.

“Dulu itu, ibu jahit sendiri, jualnya dititip di toko kain orang,” katanya.

Sebelum krisis moneter, harga pakaian jadi sulamannya hanya berkisar Rp50 ribu. Namun kini, harga satu stel sulamannya bisa tembus Rp3,5 juta, paling rendah Rp600 ribu.

Sulaman milik Desi mulai menjadi mitra binaan Pertamina sejak tahun 2018. Setahun bergabung, Sulaman Putri Ayu langsung berpartisipasi di ajang International Handicraft Trade Fair (Inacraft) pada April 2019 di Jakarta. Sebuah kesempatan emas yang jarang dinikmati UMK dari Ranah Minang.

Menurut Desi, Pertamina memberikan ruang promosi yang justru di luar ekspektasi para pelaku UMK. Peningkatan pesanan akibat promosi yang masif itupun berdampak pada kebutuhan pegawai. Ia pun merekrut tetangga dan ibu-ibu rumah tangga sebanyak 15 orang untuk membantu usahanya. Hal tersebut juga dilakukan sebagai bentuk implementasi ESG di bidang sosial dan SDGs poin ke-8 yakni menyediakan pekerjaan yang layak dan mendukung pertumbuhan ekonomi. (Febry/*)

print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.