JAKARTA- Konsumen Indonesia harus lebih bijak dalam mengonsumsi antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol atau tidak sesuai ketentuan dapat menimbulkan resistensi antimikroba.
Hal ini ditegaskan Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, Widodo pada penyelenggaraan Talkshow Edukasi “Waspada Residu Antibiotik Pada Pangan”, Selasa (15/3) di Auditorium Kementerian Perdagangan. Talkshow edukasi tersebut diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Hak Konsumen Dunia.
Seperti dalam siaran pers Kementerian Perdagangan RI, Widodo mengimbau konsumen Indonesia untuk bijak dalam mengkonsumsi antibiotik untuk melindungi kesehatan pribadi, keluarga, tetangga dan komunitas sekitar.
“Penggunaan antibiotik tidak terkontrol dapat menimbulkan reaksi alergi, efek karsinogenik dan mutagenic, bahkan resistensi antimikroba,” tegas Widodo.
Ia mengungkapkan, hasil studi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI menunjukkan antibiotik dipahami oleh masyarakat sebagai obat segala penyakit. Padahal, antibiotik merupakan zat antibakteri.
Penggunaan antibiotik di dunia kesehatan bertujuan untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan infeksi bakteri dengan cara membunuh atau melemahkan bakteri yang menjadi penyebab. Widodo meminta perlu dilakukan pengawasan ketat terhadap distribusi antibiotik.
“Perlu kontrol yang lebih ketat terhadap penjualan dan distribusi antibiotik, serta terhadap pengawasan pangan dalam negeri,” jelasnya.
Yang memprihatinkan, peningkatan kasus resistensi antimikroba juga terjadi pada hewan ternak.
“Ini memperihatinkan. Antibiotik itu seharusnya digunakan oleh manusia, tetapi saat ini diberikan ke hewan ternak,” ujarnya.
Para peternak menyuntik sendiri sapi perah dengan antimikroba sebagai pemacu pertumbuhan (growth promotor) yang mengakibatkan hampir semua produk mengandung residu antibiotik. Namun, penggunaan yang tidak terkontrol dengan baik, dapat memungkinkan adanya residu pada hewan ternak yang di kemudian hari akan ikut dikonsumsi oleh manusia.
Dengan kata lain, konsumen tidak hanya memakan daging hewan ternak saja, tetapi juga mengonsumsi residu antibiotik di dalamnya. Melalui talkshow ini, diharapkan masyarakat semakin paham dan berhati-hati dalam menggunakan dan mengonsumsi antibiotik. Kemendag akan menggencarkan talkshow seperti ini untuk melindungi konsumen.
“Kami akan terus berupaya untuk meningkatkan perlindungan terhadap konsumen, salah satunya melalui peningkatan pemahaman yang benar terhadap suatu isu. Dengan talkshow ini, diharapkan masyarakat menjadi lebih kritis dan cerdas, serta berhati-hati dalam mengonsumsi antibiotik,” imbuh Widodo.
Talkshow diikuti oleh 75 peserta dan hadir sebagai narasumber dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Talkshow ini merupakan hasil kerjasama Kementerian Perdagangan dan YLKI dan merupakan salah satu rangkaian kegiatan peringatan Hari Konsumen Nasional (Harkonas) ke 4 yang jatuh pada 20 April.
Tema yang diusung dalam peringatan Harkonas 2016 adalah ”Gerakan Konsumen Cerdas, Mandiri dan Cinta Produk Dalam Negeri’, dengan sub tema ”Konsumen Cerdas dengan Nasionalisme Tinggi Menggunakan Produk Dalam Negeri”.
Selain talkshow, juga dilaksanakan Bulan Pengaduan Konsumen, lomba menulis untuk wartawan, mahasiswa dan blogger, jalan sehat dan sepeda santai pada 17 April 2016 mendatang serta acara puncak Harkonas pada 26 April 2016.(feb/*)