JAKARTA – Capaian ekspor Indonesia pada November tahun 2016 mencatat surplus USD 837,8 juta atau naik 5,9 persen (month to month/ mtm) dan naik 21,3 persen (year on year/yoy). Walaupun pertumbuhan ekspor Januari-November 2016 menurun sebesar -5,63 persen, namun tetap mencatatkan surplus sebesar USD 7,79 miliar karena impor juga menurun sebesar -5,94 persen.
Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita dalam media briefing bertema “Memulai Awal Tahun 2017: Membangun Optimisme Perdagangan dan Pelayanan Publik Tanpa Pungli” di Kantor Kemendag, Jakarta, Rabu, (4/1) menjelaskan, lima negara penyumbang surplus nonmigas adalah Amerika Serikat (AS), India, Filipina, Belanda, dan Pakistan, dengan total surplus USD 22,1 miliar.
Kementerian Perdagangan (Kemendag), kata Enggar, telah berupaya menjaga neraca perdagangan melalui penerapan kebijakan ekspor-impor dan iklim usaha yang berdaya saing. Kemudahan tersebut diupayakan Kemendag dengan deregulasi ekspor-impor dengan menyederhanakan 49 perizinan.
“Target pertumbuhan ekspor nonmigas tahun 2017 sesuai RPJM sebenarnya sebesar 11,9 persen, namun sejalan dengan dinamika perkembangan ekonomi global yang cenderung melambat, Kemendag secara realistis memproyeksikan target ekspor menjadi 5,6 persen,” katanya.
Kemendag, lanjutnya, juga menata perdagangan luar negeri dengan pengembangan ekspor yang dilakukan dengan memperluas pasar-pasar baru dan diversifikasi produk, serta upaya penetrasi dan akses pasar melalui perundingan-perundingan perdagangan internasional.
Pada 2016, Kemendag mendorong surplus neraca perdagangan antara lain dengan Misi Dagang (Kuwait-Oman dan Nigeria-Ghana) yang memberikan total transaksi USD 18,38 juta. Tak ketinggalan, misi pembelian juga sukses meraup USD 211,87 juta. Promosi dan 25 pameran dagang pada 2016 yang terdiri dari delapan pameran di dalam negeri dan 17 pameran di delapan negara mencatat total transaksi mencapai USD 106,90 juta.
“Penyelenggaraan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-31 mencatatkan keberhasilan tersendiri dengan transaksi USD 1,02 miliar, meningkat 12,38 persen dibandingkan pada TEI 2015,” terangnya.
Pada 2016 Kemendag juga sukses menambah capaian dengan dibukanya Indonesia Design Development Center (IDDC) untuk membantu para pelaku usaha dari berbagai daerah. Diluncurkan pula portal INAMALL yang bekerja sama dengan Alibaba untuk promosi berbagai poduk UMKM secara online.
Enggar mengungkapkan, Kemendag akan terus berupaya mendorong surplus neraca perdagangan untuk 2017 dengan peningkatan daya saing produk ekspor.
“Daya saing terus ditingkatkan dengan fasilitasi pengembangan produk dan penyediaan informasi pasar. Selain itu evaluasi akan dilakukan pada negara tujuan ekspor, produk-produk baru yang diekspor, serta reposisi perwakilan-perwakilan perdagangan di luar negeri,” lanjutnya.
Dia menambahkan, perundingan perdagangan internasional tahun 2016 juga telah mencatatkan beberapa capaian. Di lingkup multilateral, telah disepakati Deklarasi Menteri forum WTO pada dimensi pembangunan dan fasilitas special and differential treatment (SDT). Pemerintah juga sukses mengimplementasikan penurunan tarif sampai 5 persen terkait dengan daftar produk ramah lingkungan (Environmental Goods List/EGs List) dalam kerangka Asia Pacific Economic Cooperation (APEC).
“Penanganan isu nontarif dan sistem penyelesian sengketa yang baru mulai dioperasionalkan pada Oktober 2016 diharapkan dapat diakses langsung para pelaku usaha ekspor impor,” ujarnya.
Indonesia juga telah melakukan dan akan meneruskan negosiasi kerja sama bilateral dengan beberapa negara prioritas di 2017, yaitu Indonesia-EU CEPA, Indonesia-EFTA CEPA, Indonesia-Australia CEPA, Indonesia-Turki FTA, Indonesia-Rusia FTA, serta beberapa negara lainnya seperti Korea Selatan, Jepang, Chili, Peru, dan Iran.
Pada awal Desember 2016 lalu, pertemuan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Trade Negotiating Committee (TNC) yang ke-16 berhasil menyelesaikan bab Economic and Technical Cooperation (ECOTECH) dan bab Small and Medium Enterprises (SMEs).
“Indonesia bersama negara anggota ASEAN lainnya berkomitmen menuntaskan perundingan RCEP pada November 2017. Sedangkan kerja sama bilateral dengan negara prioritas tersebut ditargetkan selesai dalam tahun 2017,” ungkapnya. (feb/*)
Komentar