PADANG – Sumatera Barat memiliki banyak tokoh yang berjuang di segala lini, mulai dari jurnalis, diplomat hingga pejuang di medan perang. Di antara para pejuang tersebut, salah satunya adalah Roehana Koeddoes yang menerbitkan surat kabar perempuan Soenting Melajoe. Selain menulis, sosok perempuan kelahiran Koto Gadang Kabupaten Agam ini juga fokus memperjuangkan pendidikan bagi perempuan di Minangkabau dengan membangun sekolah keterampilan Kerajinan Amai Setia dan Roehana School. Jejak perjuangannya tersebut masih dirasakan hingga sekarang.
Ketokohan dan sifat juang dari Roehana Koeddoes sangat layak untuk selalu dijadikan panutan bagi perempuan-perempuan Minangkabau masa kini. Meski tak harus berjuang di medan perang, tapi perempuan-perempuan Minangkabau saat ini harus bisa berbuat dan berjuang sesuai dengan porsinya masing-masing.
“Khususnya dalam dunia kewartawanan, untuk memotivasi dan tetap memelihara semangat Rangkayo Roehana Koeddoes, kami mendukung program Forum Jurnalis Perempuan Sumatera Barat untuk menggelar kegiatan Anugrah atau Penghargaan Roehana Koeddoes di Sumatera Barat. Bila memungkinkan kegiatan ini akan menjadi agenda tahunan setiap hari ulang tahun Roehana di bulan Desember. Melalui kegiatan ini kita ingin Sumbar menjadi acuan bagi dunia jurnalistik di Indonesia, “ ungkap Kepala Dinas Komunikasi, Informasi, dan Statistik Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Jasman Rizal Dt. Bandaro Bendang, saat berjumpa dengan Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumbar, Senin (24/1/22),
Sumatera Barat , dulunya terkenal sebagai gudang penulis. Banyak penulis-penulis terkenal lahir dari Sumatera Barat. Begitu juga halnya dalam dunia kewartawanan. Menurut Jasman, siapa yang tidak kenal dengan sosok Adinegoro, wartawan yang lahir di Talawi. Namanya sudah diabadikan sebagai ikon tokoh pers nasional dengan penghargaan Adinegoro setiap peringatan Hari Pers Nasional bulan Februari.
“Masih banyak sosok hebat lain dalam dunia kewartawanan yang terlahir dari Sumatera Barat. Kita tidak ingin kehebatan yang telah ditanamkan para pendahulu ini perlahan tenggelam. Semangat mereka harus tetap dipelihara. Melalui Anugrah Roehana Koeddoes salah satu bentuk dalam mewujudkannya. Kita motivasi para jurnalis perempuan untuk menghasilkan karya-karya terbaiknya,”ungkap Jasman yang didamping Kabid Indra Sukma dan Devi Agustina.
Kenapa untuk jurnalis perempuan? Menurut Jasman, sebenarnya tidak untuk membeda-bedakan antara perempuan dan laki-laki. Pada zaman sekarang toh sudah banyak perempuan melakoni profesi sebagai jurnalis. Bahkan, tambahnya, prestasi dan karya jurnalis perempuan tidak kalah hebat dari jurnalis laki-laki. “Kita sama sekali tidak bermaksud menbeda-bedakan perempuan dengan lelaki. Tapi lantaran penghargaan ini untuk mengenang perjuangan Roehana Koeddoes, kita perlu memberikan porsi kepada jurnalis perempuan yang telah mendedikasikan hidup dan berkarya dalam dunia jurnalistik,” jelas Jasman.
Demi mewujudkan terlaksananya kegiatan ini, Jasman yang akrab dengan banyak wartawan ini menantang FJPI Sumbar untuk dapat mengundang seluruh wartawati di Indonesia agar ikut dalam ajang ini. Pemerintah provinsi Sumatera Barat melalui Dinas Kominfotik akan mendukung penuh perhelatan ini. “Kita harap melalui kegiatan ini Sumatera Barat kembali melahirkan tokoh-tokoh hebat dan dunia pers,” ujarnya
Sementara itu, Ketua Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumbar, Nita Indrawati menyampaikan terima kasih atas tanggapan yang luar biasa dari Pemerintah provinsi Sumbar. Bagaimanapun, Anugrah Roehana Koeddoes adalah momen penting untuk kebangkitan pers di Sumbar. “Impian saya, Sumbar akan menjadi kiblat dalam dunia kewartawanan. Kiblat disini artinya dalam tanda petik. Bagaimana ada saatnya, ketika orang membicarakan tentang penulisan, atau pemberitaan, maka orang akan mengacu ke Sumatera Barat,” ujar Nita dalam pertemua yang juga dihadiri sejumlah pengurus dan anggota FJPI, Sisca Oktri Santi, Mona, Dewi dan Sri Taufik
Sebenarnya, kata Nita, terkait anugrah Roehana Koeddoes, sudah pernah dihelat FJPi Sumbar pada Desember tahun 2018. Saat itu penghargaan Roehana dalam bentuk lomba penulisan feature bagi wartawan Di Sumbar. Jadi penilaiannya atas dasar karya yang dikirimkan dalam perlombaan yang dinilai oleh dewan juri. Namun Anugrah Roehana kali ini sedikit beda. Penghargaan akan diberikan dalam beberapa kategori kepada jurnalis perempuan di Indonesia. Bentuknya bisa berupa penulisan dan bisa juga berupa pengabdian yang mengacu pada semangat Roehana Koeddoes. Kali ini karya akan dinilai oleh sebuah tim penilai. “Tapi bagaimana format dan teknis lebih rincinya akan kita bahas bersama dengan teman-teman FJPI dan Diskominfotik, “ tutur Nita yang menyebutkan bahwa program ini juga akan didukung oleh FJPI seluruh Indonesia.
Ia berharap, melalui program ini, bakal lahir jurnalis-jurnalis perempuan handal, berkualitas dan bermartabat. Meski perempuan, jurnalis juga berpotensi memberi kontribusi dalam banyak hal.
Dalam kesempatan itu, ketua FJPI Sumbar berkenan memberikan kenang-kenangan kepada Kadikominfotik Sumbar sebuah buku karya jurnalis perempuan Sumbar berjudul “Perempuan-perempuan Tangguh yang Berjuang Tanpa Batas”. Buku inspiratif ini berisi sejumlah sosok perempuan Sumbar yang berjuang tanpa batas meski hidup dalam keterbatasan. (001/1598/WU)