PADANG – Bank Indonesia memprakirakan, perekonomian Sumatera Barat masih melambat di tahun 2020. Wabah pandemi Covid-19 sangat memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Prakiraan itu disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Barat Wahyu Purnama A dalam laporan perekonomian, Selasa (28/7/2020).
Wahyu memaparkan, kondisi perekonomian Sumatera Barat di triwulan I tahun 2020 tumbuh 3,92 persen. Meskipun di atas pertumbuhan nasional, namun mengalami perlambatan dibanding triwulan IV 2019 yang tumbuh sebesar 5,13 persen dan triwulan I 2019 4,85 persen (year on year).
“Secara keseluruhan, perekonomian Sumatera Barat diprakirakan melambat di tahun 2020 sejalan dengan menurunnya permintaan akibat pandemi Covid-19. Perlambatan sisi permintaan terutama terjadi pada konsumsi,” kata Wahyu.
Dalam diseminasi bertajuk pemulihan ekonomi dan pariwisata Sumatera Barat di era adaptasi Covid-19 itu, Wahyu menerangkan, inflasi gabungan dua kota, Padang dan Bukittinggi, tercatat mengalami deflasi sebesar -0,16 persen (mtm) pada bulan Juni 2020. Menurun dibandingkan realisasi Mei 2020 yang mengalami inflasi sebesar 0,63 persen (mtm).
Deflasi Sumatera Barat pada Juni 2020 didorong oleh penurunan harga beberapa komoditas yakni bawang merah, angkutan udara, cabai merah dan angkutan antar kota. Secara tahunan, inflasi pada bulan Juni 2020 sebesar 0,18 persen (yoy).
Rendahnya inflasi tahunan yang di bawah rata-rata tiga tahun terakhir (3,93 persen/ yoy) mengindikasikan daya beli masyarakat yang rendah di tengah pandemi COVID-19. Sampai dengan akhir tahun 2019, pergerakan inflasi Sumbar diprediksi masih akan dalam target 3,0 persen ± 1 persen.
Lebih jauh menurut Wahyu, dampak Covid-19 terlihat pada harga komoditas unggulan Sumatera Barat. Ekspor komoditas unggulan sampai dengan Mei 2020 masih menunjukkan tren penurunan.
Ekspor non migas Mei 2020 tercatat sebesar US$79,4 juta atau kontraksi sebesar -19,23 persen (yoy). Menurun dibanding bulan sebelumnya yang kontraksi sebesar 6,24 persen (yoy).
“Penurunan ekspor didorong oleh penurunan kinerja ekspor CPO dan Karet,” sebut Wahyu.
Sementara impor non migas pada bulan Mei 2020 tercatat sebesar US$9,0 juta atau tumbuh sebesar 62,32 persen (yoy). Meningkat dibanding bulan sebelumnya yang kontraksi sebesar 5,42 persen (yoy). Peningkatan terjadi lebih kepada base year effect.
Menyoal kondisi pariwisata, Wahyu menyebutkan, pada bulan April dan Mei 2020, tidak ada wisatawan mancanegara sebagai dampak dari COVID-19. Jumlah penumpang domestik mengalami kontraksi seiring dengan pandemi COVID-19 yang terjadi. Sementara tingkat penghunian kamar hotel berbintang tercatat membaik pada Mei 2020 seiring dengan pelonggaran PSBB yang dilakukan.
Dia memaparkan informasi dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Tercatat sebanyak 41.460 penumpang domestik yang datang melalui BIM selama triwulan II 2020. Angka tersebut menurun sebesar 86,62 persen (yoy) dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penumpang Internasional tercatat nihil sepanjang triwulan II 2020.
Sementara Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatera
Barat bulan Mei 2020 mencapai 11,27 persen. Mengalami peningkatan 2,18 poin dibanding TPK bulan April 2020 sebesar 9,09 persen.
Menyikapi kondisi tersebut, Wahyu menyampaikan beberapa rekomendasi terkait pemulihan ekonomi jangka pendek dan rekomendasi pengembangan pariwisata Sumatera Barat ke depan.
Pertama, mempercepat realisasi program stimulus ekonomi dan keuangan pemerintah. Optimalisasi belanja APBD dan mempertahankan alokasi belanja APBD untuk sektor pertanian.
Kedua, membuka aktivitas ekonomi dengan penerapan dan pemantauan protokol Covid-19 yang ketat. Seperti pusat perbelanjaan, hotel, restoran, tempat rekreasi dan sebagainya.
Ketiga, bantuan pemberdayaan untuk usaha mikro kecil yang terdampak Covid-19. Bisa melalui optimalisasi CSR, program sosial berbagai lembaga, penyaluran dari lembaga sosial dan ZISWAF.
Keempat, optimalisasi penyaluran alokasi dana simpanan pemerintah di Himbara dan BPD untuk pembiayaan UMKM.
Kelima, mempertahankan proyek – proyek investasi besar Sumatera Barat yang saat ini masih berjalan. Seperti jalan tol trans Sumatera, stadion utama Sumbar, dan sebagainya.
Keenam, Mengembangkan digitalisasi UMKM. Serta ketujuh, imbauan pemerintah untuk mengutamakan membeli produk UMKM dalam daerah.
Sementara, untuk jangka panjang, Wahyu merekomendasikan agar pariwisata dikembangkan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru. Kemudian, prioritisasi industri pengolahan berbasis komoditas unggulan.
Selanjutnya mengembangkan ekonomi kreatif, mengembangkan ekonomi syariah serta digitalisasi ekonomi.
Diseminasi laporan perekonomian Sumatera Barat trrsebut menghadirkan beberapa orang pembicara. Bersama Wahyu Purnama A, ada Prof. Dr. M. Firdaus dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Juga ada Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat, Novrial. Kemudian Sari Lenggogeni, Direktur Tourism Development Center Universitas Andalas. Kegiatan tersebut berlangsung secara virtual.*
Komentar