SAWAHLUNTO – Songket Sawahlunto secara berangsur mulai mendapat pengakuan nasional bahkan internasional. Di tahun 1910, Songket Silungkang bahkan telah mampu menembus pasar internasional dengan ditampilkan pada kegiatan pasar malam yang diadakan di Kota Brussel, Belgia. Pada masa itu, pengrajin songket asal Silungkang, yakni Ande Baiah dan Ande Bainsah diundang secara langsung oleh Ratu Belgia untuk memamerkan songket Silungkang.
Saat ini, Pemerintah Kota Sawahlunto terus berjuang untuk membawa tenun songket Silungkang sebagai pakaian nasional kedua setelah batik. Berbagai upaya pun dilakukan untuk terus mempopulerkan songket Silungkang.
Salah satunya melalui ajang Sawahlunto International Songket Carnaval (SISCa) 2016 yang diadakan, Kamis (25/8). Setidaknya tiga ratus-an peserta menyemarakkan acara itu dengan memulai start di kawasan Museum Kereta Api dan melintasi kawasan Kota Tua – Lapseg Ombilin dan finish di Museum Goedang Ransoem. Para peserta tampil dengan membawa tema muatan lokal, baik perorangan maupun dinas, instansi, lembaga, komunitas, sekolah serta desa dan kelurahan.
Terkait pelaksanaan SISCa tersebut, Staf Ahli Bidang Pengembangan Pasar Menteri Perdagangan RI Sutrisno Edi berharap agar kegiatan itu bisa dipadukan dengan potensi lokal kota itu dalam bidang kepariwisataan. Menurutnya, kegiatan tersebut bisa berdampak luas pada promosi serta kecintaan terhadap Songket yang dikenakan dengan vasiasi menarik serta inovasi para disaner.
“Bukan sekedar seni dan penampilan saja, namun iklim investasi bisa lebih ditingkatkan untuk menopang keberlanjutan pembangunan perekonomian masyarakat di Kota Sawahlunto,” harap Edi.
Edi juga memuji keberadaan Pasar Songket yang disediakan Pemko sebagai wadah para pengrajin. Selain pasar songket, Pemko juga diharapkan mempersiapkan SDM yang akan melakukan aktivitas di pasar tersebut untuk meningkatkan daya saing.
Sementara itu, Wali Kota Sawahlunto, Ali Yusuf menyebutkan, SISCa akan tetap menjadi ikon kegiatan Kota Sawahlunto. Kegiatan itu berdampak multiefek, baik untuk penopang industri, juga untuk pelestarian seni budaya serta meningkatkan iklim pariwisata.
“Terima kasih kepada seluruh peserta, terkhusus bagi daerah kota dan kabupaten se Sumatera Barat yang sangat antusias mengikuti kegiatan ini,” sebut Wako.
Dikatakan Wako, Pemko Sawahlunto saat ini tengah berupaya menjadikan tenun Songket Silungkang sebagai pakaian nasional kedua
setelah batik. Berbekal sejarah Songket Silungkang, Pemko menilai keberadaan songket sebagai pakaian nasional pantas untuk diperjuangkan bersama agar diakui bukan hanya sebagai warisan budaya nusantara.
“Pengakuan tersebut juga bisa menjadi salah satu solusi dalam membantu perluasan pasar songket nusantara, seperti tema SISCa, yaitu ‘Pelangi Songket Pemersatu Bangsa untuk Peradaban Dunia’ yang juga bentuk kepedulian melestarikan budaya,” ujar Wako berharap. (tumpak)