PADANGPANJANG – Potensi pariwisata Kota Padangpanjang menjadi objek penelitian sebuah perguruan tinggi swasta dari Jakarta, Universitas Syahid. Ini merupakan yang kedua kali bagi universitas tersebut melakukan penelitian di Padangpanjang dengan fokus riset kepada strategi pengembangan wisata di Padangpanjang.
Penelitian tersebut dipimpin Direktur Program Pascasarjana Universitas Syahid Jakarta Prof. Dr. Ir. Kholil, M. Komp didampingi pakar bidang Industri Pariwisata Sucahyadi serta pakar bidang Riset dan Teknologi Pariwisata Gatot Rambi Hastoro. Menurut Kholil, Padangpanjang memiliki Historis yang luar biasa, terutama di bidang pendidikan dan budaya.
“Padangpanjang berada pada jalur lintas Sumatera sehingga berpotensi dikembangkan sebagai pusat wisata,” katanya, Jumat (12/8).
Padangpanjang, selain memiliki potensi keindahan alam, juga bisa dijadikan pusat wisata budaya. Adanya pusat pendidikan Islam seperti Thawalib, Diniyah Putri serta adanya Pusat Dokumentasi Informasi Kebudayaan Minang (PDIKM) adalah beberapa daya tarik masyarakat untuk berkunjung ke Kota Padangpanjang.
“Potensi wisata besar yang dimiliki Kota Padangpanjang, akan mampu menjadi basis pengembangan ekonomi lokal,” tambahnya.
Menyambut peneliti dari Universitas Syahid tersebut, Sekdako Padangpanjang Edwar Juliartha menyatakan akan menjadi dukungan moril bagi Kota Padangpanjang untuk mencari bentuk pengembangan pariwisata ke depan. Tren wisata di Indonesia, katanya merujuk kepada tiga hal yaitu Selfie (berfoto sendiri) di objek wisata yang dikunjungi, food atau kuliner dan souvenir atau cinderamata.
Dia menerangkan, setiap orang cenderung suka berfoto di tempat-tempat yang menarik sehingga menjadi pemicu minat untuk berwisata. Kemudian, makanan juga menjadi satu alasan bagi setiap orang untuk berwisata dan selanjutnya dalam setiap kunjungan para wisatawan akan selalu mencari souvenir atau cinderamata dari daerah yang dikunjungi.
“Tiga hal ini harus diiringi dengan peningkatan sarana prasarana infrastruktur, tempat beristirahat sehingga wisatawan akan menjadi nyaman,” kata Edwar. (febry/*)