
PADANG – Perkembangan Indek Harga Konsumen (IHK) umum gabungan dua kota di Sumatera Barat pada Oktober 2020 tercatat mengalami inflasi 0,61 persen (month to month/ mtm). Meningkat dibanding bulan September 2020 yang mengalami deflasi -0,05 persen (mtm).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia wilayah Sumatera Barat Wahyu Purnama A mengungkapkan hal itu melalui siaran pers yang diterima padang media, Selasa (3/11/2020). Menurut Wahyu, data tersebut diolah berdasarkan berita resmi statistik yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
“Perkembangan IHK umum gabungan dua kota di Sumatera Barat pada Oktober 2020 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,61 persen (mtm), atau meningkat dibandingkan realisasi September 2020 yang deflasi sebesar -0,05 persen (mtm),” sebut Wahyu.
Laju inflasi Sumatera Barat pada Oktober 2020 tersebut tercatat lebih tinggi dari realisasi nasional sebesar 0,07 persen (mtm) dan kawasan Sumatera sebesar 0,36 persen (mtm).
Secara spasial, menurut Wahyu, Kota Padang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,59 persen (mtm). Meningkat dibandingkan realisasi bulan September 2020 yang mengalami deflasi sebesar -0,05 persen (mtm). Kota Bukittinggi mengalami inflasi sebesar 0,75 persen (mtm). Meningkat dibandingkan realisasi pada bulan September 2020 yang tercatat mengalami deflasi sebesar -0,01 persen (mtm).
“Realisasi inflasi Kota Padang dan Kota Bukittinggi menjadikannya sebagai kota dengan nilai inflasi tertinggi masing-masing ke-7 dan ke-4 dari 23 kota/ kabupaten di kawasan Sumatera yang mengalami inflasi. Selanjutnya secara nasional, Kota Padang dan Bukittinggi secara berturut-turut berada pada peringkat ke-8 dan ke-5 inflasi tertinggi dari 66 kota/ kabupaten IHK di Indonesia yang mengalami inflasi,” paparnya.
Wahyu mengungkap, secara tahunan, pergerakan harga pada Oktober 2020 di Sumatera Barat menunjukkan inflasi sebesar 0,90 persen (year on year/ yoy). Meningkat dibandingkan bulan September 2020 yang mengalami inflasi sebesar 0,16 persen (yoy). Meski demikian, nilai inflasi tahunan Sumatera Barat tercatat lebih rendah dari realisasi inflasi nasional sebesar 1,44 persen (yoy) dan dibandingkan realisasi Kawasan Sumatera sebesar 1,05 persen (yoy).
Secara tahun berjalan 2020 (s.d Oktober 2020) Sumatera Barat tercatat mengalami inflasi sebesar 0,92 persen (year to date/ ytd). Meningkat dibandingkan September 2020 yang mengalami inflasi sebesar 0,31 persen (ytd). Inflasi tahun berjalan ini berada di bawah realisasi inflasi nasional sebesar 0,95 persen (ytd) dan di atas realisasi Kawasan Sumatera sebesar 0,84 persen (ytd).
Inflasi Provinsi Sumatera Barat pada Oktober 2020 terutama berasal dari inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau. Kelompok lain yang turut menyumbang inflasi yaitu kelompok pendidikan. Sementara kelompok transportasi dan perawatan pribadi dan jasa lainnya tercatat menyumbang deflasi.
Terkait pengendalian inflasi, Wahyu yang juga sebagai wakil ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Barat tersebut menerangkan, TPID telah melakukan berbagai upaya. Antara lain melakukan monitoring harga pangan strategis di pasar tradisional, mendorong petani untuk tetap berproduksi serta monitoring Satgas Pangan. Termasuk juga mendorong penjualan bahan pangan TTIC melalui media penjualan dalam jaringan serta pemantauan kelancaran distribusi logistik pangan di tengah pandemi Covid-19.
“TPID juga melakukan imbauan kepada masyarakat untuk belanja bijak dan tidak menimbun barang serta meningkatkan koordinasi dengan TPID kabupaten dan kota. Ke depan diharapkan sinergi dan koordinasi TPID dengan pemerintah pusat dapat terus ditingkatkan dalam rangka pengendalian inflasi terutama di tengah pandemi Covid-19,” tutupnya. (Febry/*)