UBUD – Sastrawan NH Dini menerima penghargaan Lifetime Achievement Award dari Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2017. Penghargaan diserahkan saat acara malam Gala Opening UWRF 2017, Rabu (25/10/17) malam di Puri Saren Ubud, Bali.
Lifetime Achievement Award adalah sebuah penghargaan bergengsi dari UWRF bagi para tokoh sastra Indonesia yang telah berkiprah selama puluhan tahun dan sukses memajukan dunia sastra Indonesia. Penghargaan tersebut terakhir diberikan kepada Alm. Sitor Situmorang di tahun 2010.
NH. Dini naik ke atas panggung ditemani oleh puteranya, Pierre Coffin, sutradara dan animator film box office Despicable Me dan Minions. Saat menerima penghargaan yang diberikan oleh Janet DeNeefe (Founder & Director UWRF), NH. Dini berujar, “Saya sangat bahagia bisa mendapatkan penghargaan ini, karena sebelumnya penerima penghargaan ini adalah Alm. Sitor Situmorang, seorang senior yang saya hormati. Saya telah berkiprah di dunia sastra selama puluhan tahun dan merasa sangat terhormat saya masih diingat hingga saat ini,”.
Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau yang lebih dikenal dengan nama NH DIni lahir di Semarang pada tanggal 29 Februari 1936. Beberapa karya NH Dini yang terkenal adalah Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975) atau Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1998), dan masih banyak lagi karya lainnya dalam bentuk kumpulan cerpen, novel, atau cerita kenangan.
NH Dini juga disebut sebagai penulis feminis yang terus memperjuangkan kesetaraan jender. Terlepas dari apa
pendapat orang lain, ia mengatakan bahwa ia akan marah bila mendapati ketidakadilan khususnya ketidakadilan jender yang sering kali merugikan kaum perempuan. Dalam karyanya yang berjudul ‘Dari Parangakik ke Kamboja’ (2003), ia mengangkat kisah tentang bagaimana perilaku seorang suami terhadap isterinya.
Hingga kini, ia telah menulis lebih dari 20 buku. Kebanyakan di antara novel-novelnya itu bercerita tentang wanita. Banyak orang berpendapat bahwa ia menceritakan dirinya sendiri. Akan tetapi, terlepas dari semua penilaian itu, karya NH Dini adalah karya yang banyak dikagumi, buku-bukunya banyak dibaca kalangan cendekiawan dan jadi bahan pembicaraan sebagai karya sastra. NH Dini pernah meraih penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand. Ia kini berusia 82 tahun dan tinggal di Ungaran, Jawa Tengah.
“Hadirnya NH. Dini, seorang legenda hidup dunia sastra Indonesia di UWRF adalah suatu hal yang sangat membanggakan bagi kami. Tidak ada orang Indonesia yang tidak mengenal NH. Dini dan saya harap makin banyak juga pembaca internasional yang mengenal beliau, dan tahu betapa luar biasanya penulis-penulis Indonesia,” ucap Janet DeNeefe saat memberikan penghargaan tersebut.
UWRF merupakan salah satu perayaan sastra dan seni terbesar di Asia Tenggara yang membawa 160 lebih pembicara yang datang dari 30 lebih negara di seluruh dunia untuk berkumpul di pusat seni dan budaya Pulau Bali, Ubud. Tahun ini merupakan gelaran ke 14 kalinya. Malam Gala Opening dibuka oleh tarian Sekar Jagat, sebuah tarian selamat datang tradisional Bali yang diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem di tahun 1993. Tarian yang ditarikan oleh tujuh perempuan muda itu membuat para tamu undangan – yang kebanyakan datang di Bali untuk pertama kalinya, terpesona oleh indahnya liukan serta kostum para penari. Para tamu undangan terdiri dari penulis, jurnalis, seniman, duta besar, perwakilan pemerintahan, media, serta hotel.
“Dengan semua yang telah terjadi satu bulan belakangan, berada di sini, malam ini, bersama Anda semua, adalah suatu kehormatan dan ini adalah sesuatu yang pantas dirayakan,” ujar Janet DeNeefe, dalam pidatonya. Janet merujuk pada keadaan Pulau Bali yang saat ini tengah dirundung resah oleh aktivitas Gunung Agung yang masih dalam status Awas namun tidak menghentikan kedatangan para penikmat festival dari seluruh dunia.
Pada UWRF 2017, 160 lebih figur-figur mengagumkan dari 30 negara di seluruh dunia akan tampil di atas satu
panggung. Mereka semua akan bergiliran tampil di 72 sesi-sesi diskusi yang menarik tajuk dari tema UWRF tahun ini, yaitu Origins atau Asal Muasal dalam bahasa Indonesia. Dari tanggal 25 sampai 29 Oktober 2017, mereka akan berbagi kisah, ide, dan inspirasi. Sesi-sesi panel diskusi berlokasi di venue utama, yaitu Taman Baca, Indus Restaurant, dan NEKA Museum. Selain itu, akan ada 100 lebih program lainnya seperti workshop, Special Event, pemutaran film, panggung musik, pembacaan puisi, program pengembangan karir di Emerging Voices, dan masih banyak lagi. (rin/rel)
Komentar