AGAM – Merantau bagi Orang Agam memiliki banyak fungsi. Di samping untuk mencari ilmu dan keterampilan, merantau juga untuk mencari ‘paruik indak baisi, pungguang indak basaok’ (pencari nafkah, red).
“Merantau bukan asal meninggalkan kampung halaman saja, tetapi ada maksud dan tujuannya,” ujar tokoh masyarakat Agam, H.Indra Catri Dt.Malako Nan Putiah dalam perbincangan via ponselnya, Senin (18/1/).
Merantau sejak lama merupakan media mencari ilmu dan keterampilan. Hal tersirat jelas dalam falsafah Orang Minang Alam Takambang Jadi Guru. Orang Minang termasuk suku bangsa yang banyak belajar dari alam. Maka tidak terbantahkan, orang yang jauh perjalanannya akan lebih ‘bijak’ dari orang yang hanya tinggal di satu tempat saja.
Anak Minang juga merantau untuk mencari rezeki. Sudah banyak di antara mereka yang sukses.
Namun, bagaimanapun berhasilnya mereka di rantau, hubungan dengan kampung halaman tidak pernah putus. Banyak kenangan yang menyebabkan mereka selalu ingin mengunjungi kampung halaman pada kesempatan tertentu.
“Biasanya, kerinduan terhadap kampung halaman akan menggigit jantung pada hari lebaran. Kerinduan itu hanya bisa dibayar dengan pulang ke kampung,” ujarnya.
Sudah menjadi tradisi pula, perantau yang pulang kampung akan meninggalkan oleh-oleh. Biasanya dalam bentuk pembangunan fasilitas umum, seperti rehab rumah ibadah, rehab jalan dan jembatan, rehab tali bandar irigasi dan sejenisnya.
“Juga tidak jarang perantau memberikan beasiswa kepada anak berprestasi dari keluarga kurang mampu,” ujar Indra Catri pula.
Perantau sukses adalah mereka yang sudah kenyang beragam penderitaan dalam perjuangan hidup mereka. Jatuh bangun dalam perjuangan menjadikan mereka matang dan tahan banting. Pengalaman hidup mereka, banyak yang bisa ditiru dalam membangun kampung halaman.
Makanya, jembatan hati antara kampung dan rantau, mesti dijaga. Dengan demikian, kerinduan perantau juga akan terus terjaga. Kerinduan yang terjaga akan mendorong perantau selalu ingin pulang ke kampung halamannya, dan selalu ingin berbuat untuk kampung halamannya.
“Kini sudah banyak organisasi perantau, baik tingkat nagari, kecamatan, dan Kabupaten Agam, di berbagai kota besar di nusantara. Organisasi itu merupakan wadah untuk menampung aspirasi perantau. Di samping itu sebagai ‘tapatan’ bagi dunsanak dari kampung halaman,untuk berbagi rasa,” ujarnya lagi. (fajar)