Mengenal Lebih Dekat Pakaian Adat Mentawai

MENTAWAI – Pakaian adat Mentawai memiliki ciri khas masing – masing antara daerah satu dengan daerah lainnya yang berada di tiga pulau besar Kabupaten Kepulauan Mentawai. Seperti yang ditampilkan dalam peragaan busana adat di ajang Festival Pesona Mentawai (FPM) 2019 yang berlokasi di Dusun Mapadegat kemarin (Ahad, 29/6/2019).

Peragaan busana adat Mentawai itu ditampilkan dari lima kecamatan, yaitu Kecamatan Sipora Utara, Kecamatan Siberut Barat Daya, Kecamatan Siberut Selatan, Kecamatan Siberut Tengah dan Kecamatan Siberut Barat. Dilihat dari busana yang ditampilkan lima pasang model mewakili kelima kecamatan itu ada perbedaan, baik pada aksesoris maupun detil lainnya.

Seperti diungkapkan Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kepulauan Mentawai, Matheus Samalinggai, perbedaannya pada aksesoris, sedangkan bahannya terbuat dari tumbuhan.

“Selain pada aksesoris, pada beberapa detilnya juga bisa ditemukan perbedaan, namun bahannya sama-sama dari tumbuhan yang ada di Mentawai,” kata Matheus.

Dikatakan, peragaan busana Mentawai pada kegiatan FPM 2019 ini tidak di perlombakan, tetapi sengaja ditampilkan untuk diperkenalkan kepada pengunjung yang datang dari luar Bumi Sikerei. Hal itu supaya orang lebih mengenal Mentawai dengan keunikan budaya, tradisi dan keberagaman di daerah ini.

“Prinsipnya pakaian khas adat Mentawai itu indentik sebagai jati diri orang Mentawai, dari keragaman pakaian adatnya terlihat keragaman tradisi yang ada disini,” ujarnya.

Adapun pakaian adat yang diperagakan pada FPM yaitu, ada pakaian pangurei ( pakaian pernikahan), baju pesta syukuran seperti kelahiran anak, pakaian saat mendapat hasil buruan di hutan, pakaian pergi ke ladang dan serta pakaian keseharian

“Pakaian adat paling lengkap yang dipakai orang Mentawai adalah pakaian pangurei. Pakaian adat juga tidak boleh sembaragan pakai, ada momen tertentu, “ jelas Matheus lagi.

Dilanjutkan, di Mentawai ada tiga jenis pakaian adat yang umum digunakan sesuai dengan kegiatan yang di selenggarakan yaitu, pakaian adat sikerei, pakaian adat pangureijat dan pakaian sehari-hari seperti pergi ke ladang, mencari ikan, pergi berburu, acara ritual dan aktivitas lainnya.

Sedangkan bahan pembuatan pakaian adat Mentawai meliputi buluk kailabak,bulu goukgouk (bulu ayam), luat (ikat kepala), inu (kalung manik-manik), sikaira, Lai-lai tengah, komak (Rok), sabbok, sikairat dan lakka. Kalau untuk laki-laki tambahan aksesorisnya di pakai laigak leleu (jahe yang tumbuh di hutan).

Pada acara pesta perkawinan tambahan aksesoris bagi laki-laki yaitu aileppet dan mumunen. Dua jenis tanaman ini selalu dipakai. Aileppet menandakan orang yang sudah disumpah, sehingga hatinya akan dingin, adem dan rasa damai dalam hidupnya. adapun mumunen itu dimuliakan, dibanggakan dan jadi panutan dalam keluarga serta masyarakat.

“Simbol-simbol tersebut dimunculkan dalam acara pangurei,” tuturnya.

Untuk menandakan kepala suku atau yang dihormati di Mentawai, simbolnya dilihat dari mahkota yang dipakainya yaitu, kalau luatnya (ikat kepala) ada dua sampai tiga itulah kepala sukunya termasuk pendamping sikebukat uma yaitu ina sikebukat (istri sikerei).

Ia menambahkan, peragaan busana mentawai di FPM, ada rencana untuk di patenkan melaui Dinas Pendidikan mentawai di bidang budaya. Hal itu untuk mengangkat nilai-nilai budaya.

“Disparpora mempromosikan ke daerah luar, bahkan busana mentawai bisa di perlombakan nanti kalau sudah diperdakan,” tutup Matheus. (Ers)

print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *