Penulis : M. Dzaki Annafi .N
Asal : Sungai Pua , Kabupaten Agam.
Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas.
Galanggang Hantu merupakan sebuah kampung kecil yang berada di Nagari Sungai Pua Kabupaten Agam. Kebanyakan orang tentu akan terkejut mendengar istilah nama kampung tersebut. Kampung ini walaupun kecil, tetapi masyarakatnya berasal dari suku-suku adat Minangkabau yang berbeda. Kalau dihitung ada sekitar kurang lebih 4 macam suku yang berbeda masing-masing nya.
Dahulunya asal-usul nama kampung ini memiliki banyak versi pada masing-masing orang tua yang masih hidup sampai sekarang. Saya ambil saja versi cerita salah satu Bapak yang pernah saya wawancarai. Bapak tersebut bernama Asril yang berusia kurang lebih 54 tahun. Beliau bercerita tentang bagaimana awal mulanya nama kampung ini terbentuk dan apa hal menarik dibalik cerita tersebut.
Galanggang Hantu jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia bisa berarti Gelanggang Hantu. Orang awam tentu akan mengira bahwa di kampung Galanggang Hantu merupakan tempat berkumpulnya para-para hantu. Ini sangat menarik awalnya, karena saya sendiri juga belum tau apa makna dibalik nama kampung ini. Ada juga beberapa orang yang tertawa mendengar nama kampung ini.
Dahulunya di kampung ini terdapat salah satu tokoh legendaris yang bernama Tuanku Lareh. Beliau sangat terkenal dan dihormati di masa nya. Pada dulunya beliau mempunyai 1 ekor kuda yang mana kuda beliau juga dianggap mistis oleh masyarakat sekitar. Bayangkan ketika beliau bepergian keluar, maka beliau akan selalu membawa kudanya. Kuda itu entah bagaimana bisa membuat para kuda-kuda masyarakat sekitar ketakutan ketika bertemu. Misalnya ada beberapa kuda yang pada zaman itu digunakan sebagai alat transportasi masyarakat sekitar. Ketika kuda itu bertemu atau melihat kuda Tuanku Lareh para kuda-kuda itu ketakutan dan bahkan melawan kepada si pengendara atau pemiliknya untuk berbalik arah. Tentu kuda Tuanku Lareh sangat ditakuti pada masanya dan si kuda tersebut juga memilik kandang khusus yang berada di Galanggang.
Ketika menjelang magrib, Tuanku Lareh akan membawa kudanya ke Galanggang untuk dimasukkan ke kandang. Disinilah awal mula mengapa nama Galanggang Hantu bisa tercipta. Seperti yang sudah diketahui bahwa kuda Tuanku Lareh merupakan kuda yang bisa dibilang sakti. Dan kandang kuda beliau berada di sebuah Galanggang yang tidak terlalu besar. Jika kuda beliau sudah tiba di Galanggang maka masyarakat yang berada di sana akan pergi.
Saya sempat heran mengapa kuda Tuanku Lareh begitu ditakuti oleh masyarakat sekitar. Padahal kuda beliau juga sama dengan kuda-kuda yang dimiliki oleh masyarakat sekitar. Pada cerita masyarakat sekitar, Tuanku Lareh pun juga sangat dihormati. Mungkin ini yang menjadi penyebab masyarakat sekitar takut akan kuda sekaligus pemiliknya yaitu Tuanku Lareh.
Karena cerita tersebutlah muncul istilah Galanggang Hantu. Dimana Galanggang merupakan tempat atau kandang kuda Tuanku Lareh. Dan kata hantu merupakan sebuah gambaran atau sebuah ciri yang dimilik oleh kuda tersebut. Kuda yang pada masanya sangat-sangat ditakuti oleh masyarakat sekitar bahkan ditakuti oleh kuda-kuda lain. Kuda Tuanku Lareh inilah yang digambarkan sebagai sosok hantu di sebuah Galanggang.
Namun, cerita ini saya dapatkan hanya dari satu narasumber saja dan keaslian atau pun kebenarannya juga belum bisa dipastikan. Bagi saya cerita Bapak Asril ini juga masuk akal untuk diterima dan disebar luaskan kepada masyarakat. Bahkan tidak semua orang-orang yang sudah berumur pun tau akan bagaimana cerita awal mula terbentuknya nama Galanggang Hantu. Apalagi seorang anak SD, SMP , dan SMA yang tentu tidak semua dari mereka tau akan asal usul cerita tersebut.
Namun kini di Galanggang Hantu keberadaan sebuah kandang kuda Tuanku Lareh sudah hilang. Saya sangat sering duduk di Galanggang tersebut sembari saya mikir dimana kira-kira letak kandang tersebut. Kadang ketika duduk di Galanggang tersebut saya juga iseng-iseng nanya kepada bapak-bapak yang ada di sebelah saya. Tentu saya bertanya tentang bagaimana asal-usul terciptanya nama Galanggang Hantu ini. Banyak dari bapak-bapak tersebut menjawab tidak tau dan hanya tertawa kecil.
Cerita tersebut juga bisa dikatakan foklor karena nilai suatu kebudayaan dan asal-usul cerita nya yang disampaikan dalam bentuk lisan secara turun temurun. Untuk membuktikan keasliannya tentu saya harus banyak bertanya kepada orang-orang tua berumur 80 tahun keatas. Namun orang-orang tua yang berumur sekian tentu sudah sangat jarang , kalaupun ada hanya satu-satu dan sudah pikun.
Di Galanggang Hantu juga merupakan sebuah tempat bermainnya anak-anak nagari. Mulai dari anak-anak kecil yang senang bermain bola, kejar-kejaran, layang-layang, dan lainnya. Juga dulunya di Galanggang itu tempat berlangsungnya acara-acara. Seperti contohnya acara panjat pinang, acara 17 Agustus an, acara Khatam Qur’an, dan sebagainya.
Saat ini Galanggang Hantu sudah sangat berbeda dari dulunya. Sudah banyak sekali perubahan terjadi seperti sekarang Galanggang digunakan sebagai tempat parkir mobil-mobil masyarakat sekitar. Namun terlepas dari itu, ciri khas Galanggang Hantu masih ada sampai sekarang. Di malam hari para bapak-bapak akan keluar rumah dan duduk di Palanta Galanggang tersebut. Mereka bertukar cerita dan sebagian lainnya bermain kartu dan (koa).
Saya sangat berharap kepada para kawan-kawan semuanya yang masih muda untuk kembali meninjau kampung halamannya masing-masing. Coba mulai bertanya dari apa asal-usul nama kampung halamannya, apa saja cerita-cerita foklor yang ada di kampungnya, dan apa cerita legendaris yang ada di kampungnya. Sangat disayangkan jika hal-hal seperti itu tidak diketahui oleh semuanya bahkan tidak dipedulikan.