PADANG- Pergerakan harga bulanan di Sumatera Barat pada Mei 2017 masih melanjutkan deflasi sebesar 0.09 persen (month to month/mtm). Stabilnya berbagai pasokan memasuki bulan Ramadhan mampu menahan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Meskipun tidak sedalam deflasi bulan sebelumnya (April, red) yang sebesar 0,30 persen (mtm) namun kondisi ini bertolak belakang dengan nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,39 persen (mtm).
Ketua I Tim Teknis Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Barat Bimo Epyanto menyebutkan, secara tahunan, laju inflasi Sumatera Barat tercatat 4,85 persen (year on year/yoy) dan telah berada di atas laju inflasi nasional yang baru sebesar 4,33 persen.
“Namun demikian, secara tahun berjalan, dari Januari ke Mei 2017, Sumbar masih mencatatkan deflasi tipis 0,02 persen (year to date/ytd) berlawanan dengan nasional yang mengalami inflasi sebesar 1,67 persen (ytd),” terangnya melalui siaran pers kantor perwakilan Bank Indonesia Wilayah Sumatera Barat, Jumat (2/6).
Laju deflasi bulanan (mtm) Sumatera Barat pada bulan Mei 2017 merupakan yang terdalam ke-5 dari 7 provinsi yang mengalami deflasi secara nasional. Secara spasial bulanan, pergerakan harga disumbang oleh Kota Padang dan Bukittinggi yang masing-masing tercatat deflasi 0,04 persen (mtm) dan 0,44 persen (mtm).
“Kondisi tersebut menjadikan Kota Padang dan Bukittinggi sebagai kota dengan deflasi terdalam ke-11 dan ke-4 dari 12 kota yang mengalami deflasi di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Dia menambahkan, deflasi bulanan Sumatera Barat disumbang oleh turunnya harga pada kelompok bahan pangan bergejolak (volatile food) dan kelompok inti (core). Pergerakan harga bulanan volatile food pada Mei 2017 tercatat deflasi sebesar 0,87 persen (mtm), tidak sedalam deflasi April 2017 sebesar 2,58 persen (mtm). (feb/*)
Komentar