PADANG- ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan peluang emas bagi bisnis dan .perekonomian Indonesia ke depan. Untuk menangkap peluang tersebut, Indonesia harus bersiap diri sehingga ketika era ekonomi global itu dibuka lndonesia sudah siap bersaing.
Temu responden Bank Indonesia wilayah Sumatera Barat, Senin (26/10) membahas persiapan Indonesia, khususnya Sumatera Barat dalam menghadapi MEA yang akan dimulai pada Desember 2015. Temu responden kali ini menghadirkan narasumber pakar ekonomi global Wempy Dyocta Koto dan Trainer motivator Arlin Teguh.
Wempy Dyocta Koto dalam kesempatan itu membahas berbagai potensi yang dimiliki Indonesia terutama dari segi keuntungan demografis dalam menangkap peluang ekonomi global. Potensi sumber daya manusia dan potensi alam menjadi kekuatan utama Indonesia dalam peta perekonomian Indonesia di masa mendatang.
Wempy membandingkan jumlah penduduk Indonesia di beberapa kota dengan kota-kota besar di dunia yang ekonominya sudah cukup maju.
” Jika potensi ini dimaksimalkan maka Indonesia akan menjadi kekuatan luar biasa nantinya sehingga MEA benar-benar menjadi peluang emas bisnis Indonesia,” ujarnya.
Namun demikian, ia mengingatkan bahwa potensi besar itu tidakbakan berarti apa-apa jika tidak dimaksimalkan. Ia mengumpamakan, seekor ikan Paus yang besar akan bisa dibunuh hanya oleh sebatang anak panah.
” Begitu juga, jika potensi Indonesia tidak akan berarti apa-apa jika tidak dibentengi oleh kekuatan SDM yang baik,” lanjutnya.
Pria kelahiran Padangpanjang yang besar dan menimba ilmu di negeri Kanguru ini mengingatkan masyarakat Indonesia tentang perumpamaan dalam Bahasa Inggris yang artinya kira-kira ” Jika di hutan tidak ada singa, monyet buta pun bisa berkuasa”.
Senada, Arlin Teguh dalam paparannya nengingatkan, untuk menghadapi pasar global, Indonesia harus memiliki strategi. Ia menekankan, produk-produk Indonesia memikiki kualitas cukup bagus. Namun sayangnya, barang-barang berkualitas tersebut tidak didukung oleh kemasan yang baik dan “branding” yang “menjual”.
“Branding bukan sekedar merek saja dalam pengertiannya. Ia adalah bagaimana membangun sebuah nilai dari sebuah produk dan memberi imej bagi pelanggan.
” Ini harus diciptakan sehingga apapun produk Indonesia memiliki keterikatan kepada pelanggannya dan menjadi kebanggaan bagi konsumen yang menggunakan atau membelinya,” ujarnya.
Temu responden Bank Indonesia merupakan agenda tahunan BI dalam rangka membahas berbagai persoalan ekonomi. Temu responden ini selalu digelar untuk membahas berbagai masalah perekonomian, tantangan dab peluang serta mengatasi masalah yang muncul untuk memajukan perekonomian ke depan. Dibahasnya masalah MEA karena era pasar bebas ASEAN itu segera akan dicanangkan dalam waktu tinggal tak kurang dari satu bulan lagi. (feb).
Komentar