PADANG – Menghadapi ramadhan dan lebaran, kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi pangan dan lainnya meningkat tajam. Padahal, untuk konsumsi pangan, seharusnya bisa ditekan karena berpuasa. Namun, kenyataannya malah sebaliknya.
Kepala BI Perwakilan Sumbar, Puji Atmoko saat Dialog Forum Editor Sumbar (FEdS), Selasa (31/5) mengajak masyarakat untuk bersahaja menyambut ramadhan dan lebaran. Dikatakan, data Bank Indonesia menunjukkan bahwa dalam tiga tahun terakhir ini inflasi Sumbar senantiasa memiliki tren menaik. Bahan pangan diposisikan sebagai biang kerok peningkatan inflasi. Sebutlah cabai, gula, daging, ayam, telur sampai beras, semua mengerakkan kurva inflasi menuju puncak. Tahun lalu, inflasi Sumbar cukup terkendali yaitu, 1,28 persen. Tapi, Puji mengingatkan bahwa inflasi tetap harus diwaspadai.
Dalam dialog FEdS seri ke 27 di gedung Bank Indonesia Muara Padang, Host dialog, Khairul Jasmi mengatakan, masalah yang dihadapi saat lebaran seperti sudah menjadi rutinitas. Seyogianya puasa dan lebaran selain bernuansa ibadah, juga berpeluang besar untuk peningkatan ekonomi asal dimenej dengan apik.
Gubernur Sumbar dalam kesempatan itu tak memungkiri kalau momen ramadhan bisa memicu inflasi. Jalan keluarnya adalah dengan mengurangi semangat konsumtif dan mengendalikan nafsu. Pemerintah akan berusaha sekuat mungkin mengendalikan ketersediaan pasokan dan menjaga keamanan distribusi,” ujar dia. Gubernur berkeyakinan ketersediaan pangan aman sampai pascalebaran.
Sementara, Kepala Biro Perekonomian Setdaprov Sumbar, Wardarusmen mengatakan, Pemprov Sumbar setiap tahun selalu melaksanakan rapat koordinasi pemantauan harga kebutuhan pokok. “Hasil monitoring di Biro Perekonomian sampai hari kemarin masih stabil baik harga maupun ketersediaan barang,” katanya.
Cabai, katanya, masih tetap penyumbang inflasi. Karena itu, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menganjurkan daerah-daerah menyegerakan menanam cabai agar persediaan tetap terjaga. meski demikian, tahun ini seperti diperkirakan distributor cabai In Boer, harga akan stabil sampai lebaran.
“Hasil pemantauan kami, sentra produksi cabai sampai lebaran nanti sedang dan akan panen raya. Jadi, stok terjaga pasokan aman,” katanya.
Kendala yang mungkin terjadi hanyalah soal distribusi. Vely Ketua Asosiasi Pedagang Beras mengatakan bahwa beras tidak akan terlalu bergejolak, keecuali kalau bermasalah pada sektor angkutannya. “Jangan sampailah truk mogok, jalan putus,” harapnya.
Ketua Organda Sumbar Budi Syukur menyebutkan, 22 ribu truk anggotanya akan melaksanakan tugas distribusi. Dari tahun ke tahun, masalahnya selalu sama. “Jadi penting artinya menjaga kenyamanan dan kelancaran arus barang dan jasa itu menjelang puasa dan lebaran,” kata Budi Syukur.
Sukri Umar dari Forum Editor mengingatkan pentingnya kembali kepada kebersahajaan menyambut puasa dan lebaran. Menurutnya, lebaran bisa dimanfaatkan sebagai momen peningkatan pendapatan masyarakat.
Sementara, Ekonom yang juga Rektor Universitas Bung Hatta melihat agak beda dengan yang lain. Lebaran dan puasa tahun ini, katanya, bisa juga terganggu kualitas konsumsi lebaran karena bersamaan dengan tahun ajaran baru. “Karena bersamaan dengan lebaran tahun ini ada juga tahun ajaran baru, kebutuhan masyarakat untuk pendidikan juga mendesak,” kata Prof Niki Lukviarman.
Deputy Direktur BI, Bimo Epyanto mengatakan, ada korelasi antara ramadhan dan lebaran dengan pertumbuhan ekonomi. Sepanjang sisi konsumsi tidak berlebihan, tentu tidak akan terjadi lonjakan harga yang berlebihan.
“Untuk ekonomi secara keseluruhan, lebaran dan puasa bagus bagus saja sepanjang tidak terjadi lonjakan harga yang luar biasa. Ini perlu dikelola dengan baik antara permintaan dan pasokan,” katanya.
Anggota Forum Editor, Eko Yanche Edrie melihat dari perspektif kebudayaan. Bahwa puasa dan lebaran menjadi masalah, itu karena masyarakat masih banyak yang memperturutkan semangat konsumtif dan amat permisif dengan sikap hedonisme. “Perlu dibuat gerakan kebudayaan oleh pemerintah daerah bagaimana membuat warga menyambut puasa dan lebaran itu bersahaja. Tidak usah terlalu ngotot berburu kebutuhan yang akhirnya memicu inflasi itu,” ujar Pemred Harian Metro Andalas itu.
Dialog Forum Editor Sumbar (FEdS) pada seri ke 27 tersebut mengambil tema ‘Sambut Ramadhan Bersahaja’. Dialog yang disponsori oleh BI Perwakilan Sumbar itu disiarkan secara langsung oleh RRI Padang dan Clasy FM serta siaran tunda di PadangTV. (rin)