Mahasiswa UNSRI Belajar Ekonomi Digital, Berkaca Pada Gojek

Head Of Regional Corporate Affairs Gojek Sumatera Teuku Parvinanda. (int)

PALEMBANG – Perkembangan ekonomi digital di Indonesia terus meningkat pesat. Salah satu perusahaan raksasa ekonomi digital Indonesia saat ini adalah Gojek.

Head Of Regional Corporate Affairs Gojek Sumatera Teuku Parvinanda, menghadiri undangan seminar dari Politeknik Universitas Sriwijaya (UNSRI), Jumat (8/11/2019) mengungkapkan hal itu. Dia menerangkan, riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menunjukkan, kontribusi Gojek terhadap perekonomian Indonesia.

“Hingga tahun 2018, kontribusi Gojek terhadap perekonomian Indonesia mencapai Rp44,2 triliun per tahun,” ungkapnya.

Kesuksesan Gojek merambah era ekonomi digital menjadi motivasi bagi UNSRI sehingga menghadirkan pihak Gojek di kampus tersebut. Politeknik UNSRI ingin menimba pengetahuan dan pengalaman Gojek dalam berkiprah di era digital dan memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat.

Teuku Parvinanda menerangkan, penghitungan kontribusi dari riset LD FEB UI tersebut didapatkan dari selisih pendapatan mitra dan pemilik UMKM sebelum dan sesudah bergabung ke dalam Gojek.

Secara rinci, Gojek menyumbangkan Rp16,5 triliun per tahun melalui selisih pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah menjadi mitra Go-Ride. Kemudian, untuk mitra Go-Car terjadi selisih pendapatan sekitar Rp8,5 triliun per tahun sebelum dan sesudah menjadi mitra Go-Car.

Sementara itu, mitra Go-Life menyumbangkan Rp1,2 triliun per tahun. Adapun selisih omzet sebelum dan sesudah menjadi mitra UMKM GO-Food memperoleh kontribusi tertinggi di antara sektor lainnya, yaitu mencapai Rp18 triliun. Dengan angka-angka tersebut, dapat diukur kontribusi yang bisa dihasilkan dan juga lapangan pekerjaan.

“Kalau Cuma lapangan pekerjaan, tapi tidak berkelanjutan, itu bukan kontribusi. Gojek ingin membuka lapangan pekerjaan dan adanya kelanjutan penghasilan,” ujarnya dalam seminar tersebut.

Teuku tidak asal klaim. Sebab, masih berdasarkan riset LD FEB UI, penghasilan mitra Gojek berada di atas rata – rata upah minimum kabupaten/ kota. Riset ini juga menyebutkan bahwa mitra Gojek lebih sejahtera dan mobilitas ekonominya naik semenjak bergabung dengan Gojek.

“Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan wawancara tatap muka yang melibatkan 6.732 respoden. Pemilihan responden dilakukan menggunakan sistem random sampling dengan margin of error di bawah 3,5 persen,” ulasnya.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Yan Sulistiyo menyebutkan, ukuran dampak dari suatu teknologi tidak hanya kepada angka. Tetapi juga keteraturan dan shifting.

“Contohnya Go-Car, ketika dulu taksi gelap dan konvensional bisa “nembak” harga. Sekarang harga ditentukan aplikasi, pola transaksinya berubah,” katanya.

Kontribusi seperti itu yang kemudian mengubah perilaku masyarakat kota Palembang. Maka tidak salah, apabila sebanyak 89 persen konsumen mengatakan bahwa Go-Jek telah memberikan dampak yang baik bagi masyarakat.

Besarnya kontribusi Gojek bagi perekeonomian, mendapat predikat aplikasi favorit bagi kalangan milenial. Survei Alvara menunjukkan Gojek menjadi ojek online favorit di kalangan milenial. Sebanyak 70,4 persen responden memilih menggunakan Gojek. Sedangkan responden yang memilih kompetitor hanya sebesar 45,7 persen.

Survei Alvara melibatkan 1.204 responden dari beberapa kota seperti kota Jakarta, Bodetabek, Bali, Padang, Yogyakarta, dan Manado. Hasil survei menunjukkan, responden menilai kinerja Gojek lebih baik daripada kompetitornya. Hal ini ditunjukkan dengan keunggulan Gojek di semua indikator Brand Performance. (*)

print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *