Love Our Heritage Kembali Gelar Jelajah Depok Dulu dan Kini

Komunitas Love Our Heritage, kembali menggelar Jelajah Depok Dulu dan Kini akhir April 2016 mendatang. (ist)
Komunitas Love Our Heritage, kembali menggelar Jelajah Depok Dulu dan Kini akhir April 2016 mendatang. (ist)

JAKARTA – Komunitas pecinta seni, budaya dan peninggalan-peninggalan sejarah, Love Our Heritage kembali mengadakan rangkaian wisata sejarah yang mengangkat tema “Jelajah Depok – Dulu dan Kini”. Gelar wisata ini rencananya akan diselenggarakan Sabtu 31 April 2016 mendatang.

Menurut Adjie Hadipriawan, Ketua Dewan Pembina sejarah Love Our Heritage ada sejumlah pertanyaan tentang Depok semisal, “Dari mana asal kata Depok”, “Ada apa di Depok”, “Kenapa disebut Pondok Cina” yang pernah menjadi The Old House Coffee di halaman depan Kompleks Mal Margo City. Semua akan terjawab melalui wisata sejarah kali ini.

“Seluruh peserta tur bertajuk “Jelajah Depok – Dulu dan Kini” akan diajak mengembangkan imajinasi dengan menjelajahi Depok yang menyimpan sejarah masa lalu,” ungkapnya melalui siaran pers yang diterima padangmedia.com, Minggu (3/4).

Peserta akan mengunjungi rumah tua besar bekas milik janda Gubernur Jenderal Van De Par di dalam kompleks pemancar RRI Cimanggis, mengunjungi rumah kediaman Residen Depok, mengunjungi RS Harapan Depok yang dahulunya pernah berdiri Gemeente Bestuur, menyusuri jalan Pemuda yang dahulunya merupakan pusat kota Depok.

Peserta juga akan diajak mengunjungi Gereja Immanuel, kantor Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein, menyaksikan jembatan Panus yang bersejarah dan memegang peranan penting dalam lalulintas antar wilayah di Depok dengan kota Batavia dan Buitenzorg, serta mengunjungi makam (Kerkhof) dua belas kaum keluarga masyarakat Depok dan Vietbal Veld (lapangan sepak bola) yang pernah mengharumkan prestasi Depok di bidang olahraga di masa lalu.

Letak Depok yang stategis dengan dihubungkan oleh jalur kereta api Jabodetabek dan lalulintas jalan raya maupun jalan tol dari beberapa titik kota Jakarta maupun Bogor seolah mempertegas posisi penting Depok sejak masa lalu hingga kini. Di masa lalu, Depok merupakan wilayah Kerajaan Hindu Pajajaran yang menghubungkan ibukota kerajaan di Pakuan (Bogor) melalui sungai Ciliwung dengan pelabuhan laut utama kerajaan di Kalapa (Sunda Kelapa) di Teluk Jakarta.

Untuk biaya peserta yang akan ikut, hanya dikenakan uang pendaftaran  Rp200 ribu. Biaya tersebut sudah termasuk ID card, sinopsis tur, tour guide, sarapan pagi, air minum kemasan, kendaran bus selama tur di Depok dan paket makan siang. Panitia juga mengadakan kuis berhadiah. Selain itu, peserta juga dapat berinteraksi dengan para pelaku sejarah Depok yaitu para keturunan langsung marga-marga Depok yang menjadi ahli waris Cornelis Chastelein. (tumpak/*)

print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *