Lima Tahun Digerogoti Tumor, Sudirman Mengetuk Hati Dermawan

Sudirman, penderita tumor yang butuh uluran tangan. (Fahmi)
Sudirman, penderita tumor yang butuh uluran tangan. (Fahmi)
Oleh : Fahmi Yuhendra
“Sakit sekali!”
Keluh lirih itu keluar dari mulut Sudirman (58), warga Koto Kaduduak, Kenagarian Taluak, Kecamatan Batangkapas. Sejak lima tahun lalu,  Sudirman harus melawan rasa sakit yang diderita di bagian lehernya.
“Kata Dokter saya menderita tumor, ” ujar Sudirman yang terbata-bata sambil terus meringis menahan rasa sakit.
Karena tumor yang dideritanya, bapak dua orang anak ini selalu merasakan perih saat melakukan aktivitas sehari-hari. Terutama saat ingjn menelan makanan. Karena lehernya bengkak sehingga membuat ia susah untuk membuka mulut, mengunyah dan menelan makanan.
Namun apa bisa dikata! Rasa sakit itu harus ditanggung setiap hari.  Deritanya hanya bisa diungkapkan dengan airmata. Ingin sekali rasanya ia berobat ke rumah sakit. Namun ketiadaan biaya menjadi penghalang dalam melakukan pengobatan rutin.
Kepada www.padangmedia.com, yang menemuinya di RSUD M Zein, Painan, Sabtu (4/2),  Sudirman mengaku telah pernah dirujuk dari RSUD M Zein Painan ke RSUP M Djamil Padang. Namun, pada waktu itu (2016, red) dia tak cukup biaya untuk melakukan perawatan rutin. Sehingga ia tak mampu untuk pergi berobat kedua kalinya. Pengobatan pun putus di tengah jalan. Biaya yang tak mencukupi membuat ia pasrah menahan rasa sakit itu.
“Untuk biaya hidup sehari-hari saja sangat sulit,  bagaimana untuk biaya perawatan di rumah sakit.  Untk pergi berobat ke Padang juga membutuhkan ongkos. Saya tidak punya apa-apa lagi,” ujarnya lirih.
Apalagi saat ini, tuntutan ekonomi yang semakin meningkat. Biaya hidup semakin tinggi. Sementara Sudirman sendiri tidak bisa bekerja. Isterinyapun hanya mengurus dirinya dan anak-anak. Darimana uang untuk pengobatan akan dia dapat. Untuk makan sehari-hari saja dibantu oleh sanak saudara dan tetangga.
“Sampai kapan sanak saudara bisa membantu. Mereka juga punya keluarga yang harus dihidupi,” ungkapnya pilu.
Semenjak Sudirman menderita penyakit itu, pihak keluarga telah berupaya mengobati dengan cara alternatif seperti pengobatan tradisional atau pengobatan kampung, namun penyakitnya tak kunjung hilang.  Bahkan bengkak di lehernya makin lama makin membesar.
Karena semakin parah, dia akhirnya memaksakan diri berobat ke rumah sakit di Painan. Uang untuk biayanya berasal dari sumbangan yang diperoleh dari sanak keluarga. Karena dia sudah tidak punya apa-apa lagi, sawah juga sudah tergadai.
“Sudah banyak uang yang habis untuk berobat.  Sawah di kampung juga ikut tergadai. Ini saja saya dapat uang dari bantuan keluarga.  Namun rasa sakit belum kunjung sembuh. Malah bengkak di leher semakin membesar. ” ujarnya.
Sebelum jatuh sakit, Sudirman bekerja sebagai supir truk trayek Padang – Jakarta. Waktu masih menjadi supir dia sudah mengetahui ada benjolan kecil sehingga ia tidak mengira akhirnya akan separah ini.
“Awalnya dulu cuma bengkak kecil saja dan tidak terasa sakit. Saya tidak begitu mempedulikan dan tetap bekerja. Tapi lama kelamaan bengkak itu semakin membesar dan mulai terasa sakit,” ceritanya.
Pasrah dan berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit,  itulah yang bisa dilakukan Sudirman saat ini. Ketiadaan biaya membuat ia tidak berdaya melakukan pengbatan secara rutin.Bahkan, iuran BPJS Kesehatannya juga sudah tidak dibayar selama tiga bulan terakhir.
Dia hanya berharap, ada dermawan yang mengulurkan tangan untuk membantu pengobatannya. Dia masih berharap kembali sehat untuk bisa menjalankan kembali tanggungjawab sebagai tulang punggung ekonomi keluarga.
“Saya sangat berharap uluran tangan dermawan agar tumor yang saya derita ini bisa diangkat dan saya bisa sembuh kembali,” harapnya dengan mata berkaca-kaca.  (*)
print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *