Korban Tewas jadi 387 Jiwa, Tanggap Darurat Gempa Lombok Diperpanjang

Dampak kerusakan bangunan akibat gempa di Lombok. (foto: bnpb)

LOMBOK – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengumumkan, hingga hari ini petugas menemukan korban gempa Lombok dalam keadaan meninggal dunia sebanyak 387 orang.

Kepala pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan sebaran korban meninggal terdapat di Kabupaten Lombok Utara 334 orang, Lombok Barat 30 orang, 10 orang di Lombok Timur, Kota Mataram sembilan orang, Lombok Tengah dua orang, dan Denpasar dua orang.

Diperkirakan jumlah korban meninggal akan terus bertambah karena masih ada korban yang diduga tertimbun longsor dan bangunan roboh,

“Ada juga korban meninggal yang belum didata dan dilaporkan ke posko,” ujar Sutopo dalam siaran persnya, Sabtu.

Masa tanggap darurat yang berakhir hari ini, akan diperpanjang hingga Sabtu pekan depan. Keputusan ini diambil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) karena masih banyak masalah dalam penanganan dampak gempa.

Masalah tersebut antara lain masih adanya korban yang harus dievakuasi, pengungsi yang belum tertangani dengan baik, gempa susulan yang masih terus berlangsung bahkan gempa yang merusak dan menimbulkan korban jiwa.

Dengan perpanjangan masa tanggap darurat maka ada kemudahan akses untuk pengerahan personel, penggunaan sumber daya, penggunaan anggaran, pengadaan barang logistik dan peralatan, dan administrasi sehingga penanganan dampak bencana menjadi lebih cepat.

Menurut Sutopo, korban luka-luka tercatat sebanyak 13.688 orang. Sedangkan pengungsi sebanyak 387.067 jiwa tersebar di ribuan titik, antara lain di Kabupaten Lombok Utara 198.846 orang, Kota Mataram 20.343 orang, Lombok Barat 91.372 orang, dan Lombok Timur 76.506 orang.

Angka pengungsi berubah-ubah, ini karena banyak pengungsi yang kembali ke rumah atau menengok kebunnya pada siang hari, tetapi pada malam hari kembali ke pengungsian. Selain itu belum semua titik pengungsi terdata.

Sebab lain, terdapat sebagian warga yang harusnya tidak perlu mengungsi karena kondisi rumah masih berdiri kokoh tanpa kerusakan tetapi ikut mengungsi karena trauma dengan gempa.

“Semua warga memerlukan bantuan,” ujar Sutopo.

Di sisi lain, kerusakan fisik masih sama jumlahnya yakni 67.875 unit rumah rusak, 468 sekolah rusak, 6 jembatan rusak, tiga rumah sakit rusak, 10 puskesmas rusak, 15 masjid rusak, 50 unit mushola rusak, dan 20 unit perkantoran rusak.

Angka ini menurut Sutopo juga masih sementara karena pendataan dan verifikasi masih dilakukan petugas. Rumah-rumah yang rusak ini nanti akan menerima bantuan stimulus perbaikan dari pemerintah.

Penyebaran bantuan juga belum merata meski logistik terus berdatangan. Masih ada pengungsi yang belum mendapat bantuan, khususnya di Kecamatan Gangga, Kayangan dan Pemenang yang aksesnya sulit dijangkau. Ada juga di beberapa titik di Lombok Barat.

“Masalahnya akses jalan ke lokasi pengungsian rusak terutama di Lombok Utara. Oleh karena itu percepatan distribusi logistik menjadi prioritas saat ini, selain pemenuhan kebutuhan dasar bagi pengungsi,” ujar Sutopo.

Kebutuhan mendesak saat ini adalah tenda, selimut, makanan siap saji, beras, MCK portable, air minum, air bersih, tendon air, mie instan, pakaian, terpal/alas tidur, alat penerang/listrik, layanan kesehatan dan trauma healing. (Peb)

print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.