
JAKARTA – Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan jumlah korban meninggal dunia akibat gempa magnitudo 6,2 bertambah menjadi 81 orang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, Senin (18/1/2021) pagi menyampaikan, informasi itu berdasarkan data Pusdalops per pukul 20.00 Wib, Minggu (17/1).
“Berdasarkan laporan Pusdalops, hingga pukul 20.00 Wib korban meninggal dunia menjadi 81 orang,” kata Raditya.
Raditya merinci, korban meninggal tersebut 70 orang di Kabupaten Mamuju dan 11 orang di Kabupaten Majene. Menurutnya BPBD Mamuju, Majene dan Polewali Mandar terus melakukan pendataan. Juga berkoordinasi dengan TNI – Polri, Basarnas serta relawan maupun instansi lainnya dalam proses evakuasi masyarakat terdampak.
Selain itu, Pusdalops BNPB juga memutakhirkan data kerugian materil. Data sementara tercatat 1.150 unit rumah rusak di Kabupaten Majene dan 15 unit sekolah terdampak.
Sementara itu, untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan pengungsian, Kepala BNPB Doni Monardo yang juga selaku Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 juga memberikan dukungan berupa alat test cepat antigen.
“Nanti akan ada proses swab antigen, untuk menjamin para pengungsi tidak terpapar COVID-19,” kata Doni, Minggu (17/1).
Inisiasi Pengaktifan Desk Relawan

BNPB juga mengajak organisasi sukarelawan untuk bersinergi dalam penanganan darurat bencana gempa Sulawesi Barat (Sulbar). Hal tersebut diinisiasi Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan di Kota Mamuju, Sulbar, pada Minggu (17/1).
Lilik berharap para organisasi kemanusiaan dapat saling berkolaborasi dengan pos komando (posko) sehingga penanganan darurat di lapangan dapat berlangsung terpadu dan efektif.
Lilik menyampaikan beberapa poin terkait dengan sinergi para relawan dari berbagai organisasi. Tiga poin yang dijelaskannya yaitu mengenai penjelasan desk relawan, penggunaan InaRISK untuk survei bangunan terdampak dan laporan setiap perwakilan organisasi.
Menurutnya, relawan merupakan kekuatan yang sangat penting dalam penanganan darurat yang berdampak seperti di Kota Mamuju maupun Kabupaten Majene. Mereka memiliki sumber daya yang menanggulangi kesenjangan maupun melengkapi kebutuhan di lapangan. Misalnya evakuasi dan pencarian, transportasi logistik maupun pendampingan warga terdampak.
“Kami berharap pertemuan antar para relawan ini dilakukan secara harian setiap harinya, pukul 16.00,” ujar Lilik dalam pertemuan koordinasi dipimpin oleh Koordinator Desk Relawan Penanggulangan Bencana Gempa Bumi Sulbar, Profesor Kartini. (Febry/*)
Komentar