AGAM – Beberapa petani di Kabupaten Agam mulai memproduksi kopi luwak secara profesional. Salah satunya adalah usaha kopi luwak milik Ummul Khairi, di Batang Palupuh, kecamatan Palupuh.
Kopi luwak milik Ummul Khairi teresbut bahkan mulai mendunia. Di pondok produksinya, setiap hari ramai dikunjungi para konsumen yang ingin menikmati kopi luwak seduhannya, mayoritas mereka adalah konsumen dari mancanegara.
“Ummul menyediakan seduhan kopi luwakgratis untuk para tamunya. Sedangkan untuk dibawa pulang, 1 kg bubuk kopi luwak dibanderol Rp2 juta,” kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Agam, Yulnasri kepada padangmedia.com di kantornya, Senin (30/5).
Dikatakan, masyarakat Agam sebenarnya sudah lama mengenal kopi luwak. Para pengopi, sejak dahulu kala sudah mengerti cara mengolah kopi luwak menjadi minuman yang lezat dan diyakini berkhasiat untuk kesehatan. Kini, kopi luwak kembali digandrungi sehingga banyak warga yang berminat menjadikannya coor bisnis. Saat ini setidaknya sudah tiga orang yang memulai usaha kopi luwak di Agam.
Kopi luwak diolah dari biji kopi yang keluar sebagai kotoran luwak (musang). Biji kopi itu kemudian dikumpulkan, dibersihkan, dikeringkan, sebelum direndang. Setelah kering, baru direndang dan ditumbuk (digiling) menjadi bubuk kopi.
Kopi luwak yang enak dan berkualitas tinggi adalah kopi yang diambil dari berak luwak liar. Sedangkan kopi yang dihasilkan luwak yang dikurung, tingkat keasamannya tinggi.
Penghasil utama kopi luwak di Indonesia antara lain Gayo, Aceh, Sikidalang, Kota Pagaralam, Semende, Kabupaten Muara Enim, Liwa, Kabupaten Lampung Barat, Kotabumi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali.
Di Kecamatan Lubuk Basung, salah seorang warga, Afniwirman, mencoba mengusahakan kopi luwak. Namun, produksinya masih terbatas karena terkendali terbatasnya kebun kopi di Lubuk Basung. Menurutnya, untuk menekuni usaha tersebut, harus memiliki kebun kopi yang lumayan luas. Dengan demikian, luwak bisa memakan buah kopi yang diinginkannya. (fajar)