SAWAHLUNTO – Peran komunitas masyarakat pencinta dan pelestarian seni dan budaya serta stake holder lainnya dapat menunjang pelestarian Kawasan Kota Pusaka di Kota Sawahlunto. Yakni dengan berbagai kegiatan dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat dalam pelestarian kawasan tersebut.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Peninggalan Sejarah dan Permuseuman Dinas Kebudayaan dan Peninggalan Sejarah dan Permuseuman Sawahlunto, Bustanul Arifin, Jum’at (3/2).
Ia berharap peran komunitas yang ada di Kota Sawahlunto akan terus mendorong pelestarian kawasan Kota Pusaka. Apalagi sebelumnya telah dilakukan sosialisasi dan pembinaan terhadap komunitas, sanggar dan kelompok budaya di kota itu.
“Ini dapat dijadikan salah satu upaya percepatan beberapa rekomendasi dalam pembenahan dari tindak lanjut rekomendasi UNESCO melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait persiapan dalam meraih predikat kota warisan dunia dari UNESCO,” sebut Bustanul.
Untuk meningkatkan peran komunitas, terkhusus seni dan budaya, Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan Peninggalan Sejarah dan Permuseuman Kota Sawahlunto, Marwati menyatakan, pihaknya awal tahun ini telah melakukan pelatihan terhadap 40 Sanggar dan kelompok seni budaya dari desa dan kelurahan yang ada di Sawahlunto. Pelatihan bertujuan untuk membina manajemen pertunjukan seni budaya serta meningkatkan kompetensi para penggiat seni yang ada.
Marwati berharap komunitas dan sanggar terus terpacu untuk meningkatkan kualitas pertunjukan seni, mampu membenahi manajemen sanggar dan komunitas agar mampu mengemas pertunjukan seni menjadi sebuah pertunjukan.
“Diharapkan komunitas mampu mengelola kelompoknya dengan lebih profesional dan mampu menciptakan karya-karya yang lebih atraktif, lebih berkualitas, sehingga dalam menggelar pertunjukan tidak selalu bergantung kepada pemerintah,” harapnya.
Pemerintah Kota Sawahlunto terus berupaya melengkapi pengajuan dokumen Kota Pusaka sebagai persiapan dalam meraih predikat kota warisan dunia dari UNESCO yang diusulkan pemerintah pusat bagi Kota Sawahlunto bersama situs cagar budaya Kota Tua Djakarta sejak Januari 2015. Upaya pembenahan tersebut merupakan tindak lanjut rekomendasi UNESCO melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada November 2016. (tumpak)