SAWAHLUNTO – Kisah lakon heroik Samin Surosentiko membuka penampilan perdana oleh paguyuban Bina Laras Sawahlunto pada festival wayang nusantara III, Kamis (22/10) malam.
Lakon yang terkenal dengan mandor tamabang dalam “Mbah Soero ” yang melekat dalam sejarah pertambangan kota Sawahlunto itu digelar setelah acara pembukaan Festival wayang yang digelar di lapangan Silo Ombilin 22 sampai 23 Oktober nanti.
Samin Surosentiko ditangkap oleh Raden Pranolo, yatu asisten Wedana Randublatung. Setelah ditangkap Samin beserta delapan pengikutnya lalu dibuang ke luar Jawa atau tambang Sawahlunto untuk kerja paksa yang tutup usia tahun 1914 lalu.
Upaya kepedulian persatuan serta kekuatan para buruh tambang dalam kondisi terhimpit penjajahan kolonial, juga diselipkan amanah akan pentingnya kebersamaan serta setiap usaha bersama akan mendapatkan hasil lebih baik.
Pagelaran yang dilatunkan melalui petuah kolaborasi randai serta percakapan lakon mandor tambang asal Blora Jawa Timur yang kini dijadikan ikon objek wisata Loebang Mbah Soero itu dikemas baik sehingga banyak nasehat yang dipetik dalam pewayangan kisah heroik ini.
Kisah yang disampaikan dalang Ki Bandung Sriyanto Sri itu dikolaborasikan dengan penampilan teatrikal kekejaman perbudakan tambang atau orang rantai oleh kolonial serta perpaduan gendang, bansi serta logat Minangkabau dengan composer Sriyanto dan Brett Jhon Calliss dari Australia membuat suasana berbeda dari pewayangan lainnya.
Di samping paguyuban Bina Laras Sawahlunto juga ditampilkan pagelaran wayang Ajen dari Kementrian Pariwisata dengan dalang Ki Wawan Gunawan dengan lakon Suluhan Gatot Kaca, pagelaran wayang dari DI Yogjakarta serta pegelaran wayang dari Sumatera Selatan.
Kegiatan itu juga diwarnai dengan penampilan karawitan gamelan dari SMKN 2 Sawahlunto serta MAN Sawahlunto yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang telah berjalan sejak tiga tahun ini. (tumpak)
Komentar