Kisah Silunak, Joki Terkenal di Tahun 70-an

20150330_104211 (300x400)PADANGPANJANG – Dahulu pada tahun 70 hingga 80-an, nama joki Silunak terkenal dalam pacu kuda di Sumatera Barat. Silunak sering menunggang kuda Kresna milik seorang pejabat di Solok.

Dia jadi buah bibir di gelanggang. Sebut saja Bukit Gombak di Batusangkar, Bukit Ambacang di Bukittinggi, Bancah Laweh di Padang Panjang, Ampang Kualo di Solok dan di Payakumbuh, Padang, Sijunjung, Pariaman. Silunak jadi bintang masa itu.

Kalau Kresna sudah dipegang Silunak, maka pemilik kuda lain jadi panik. Pasar taruh berubah seketika. Beda bila Krisna dijoki orang lain.

Masa itu sama juga dengan sekarang. Banyak kuda kuda hebat milik orang terpandang. Semua kuda pacu itu, bisa saja bergiliran menjadi juara. Kresna juga pernah kalah di gelanggang. Tentu saja ketika bukan Silunak yang memacu.

Pada Minggu (29/3), saya menjumpai Silunak di Bancah Laweh, Padang Panjang. Silunak hadir untuk memeriahkan Serambi Derby 2015 yang berlangsung Minggu dan Senin (29-30/3).

Silunak pakai baju batik dengan kain sarung yang melilit leher. Tingginya sekitar semeter lebih. Tubuhnya kecil. Dia tampak sehat di usia yang katanya sudah genap delapan puluh tahun.

Dalam usia itu, tampak ketenangan di wajahnya. Matanya masih terang. Telinga masih nyaring. Hanya gigi yang tidak cukup. Selebihnya masih sempurna saya kira.

Bersama seorang teman, saya bertanya pada Silunak kenapa kuda Kresna selalu menang kalau dia yang pegang.

“Saya dengan kuda itu satu hati. Saya tak pernah menyambuk ketika mamacunya. Jika terjadi balapan sengit, saya mendekap punggung Kresna minta ia lebih kencang,” jawab Silunak.

Rupanya Silunak tak pernah menyakiti kuda tunggangannya. Dia malah dari hati ke hati berbicara dengan Kresna ketika lawan yang dihadapi sangat tangguh. Dengan demikian, Kresna pun berupaya sekuat tenaga tanpa tekanan.

Ada lagi yang menarik dari Silunak. Ketika di Bukit Ambacang seseorang datang menemuinya. Orang itu minta Kresna dikalahkan. Sebagai imbalan Silunak menerima satu buah bendi baru lengkap dengan kuda.

“Saya tidak terima tawaran itu. Saya tak mau memberikan upah sogok untuk anak dan istri. Lebih enak pemberian ikhlas dari pemilik kuda yang sudah mempercayakan Kresna kepada saya,” jelas Silunak.

Setelah berpisah dengan Silunak, saya merasa dapat pelajaran berharga. Wajar Silunak terlihat masih segar dan sehat dalam kesederhanaannya. Sebab, dia selalu memakan makanan dari sumber yang halal.

Jika mau belajar dari Silunak, bagi kita yang punya fikiran tidak tenang, atau sering berkeluh kesah. Marilah kita ingat ingat kembali, apa saja yang telah kita lakukan dalam menjalani kehidupan ini.

Mari kita renungkan. Apakah tindakan kita pernah merugikan orang lain? Apakah makanan yang kita makan dan kita berikan kepada keluarga sudah bersumber dari yang halal? Apakah sudah bersih dari akal akalan untuk mendapatkannya?

Kalau sudah terlanjur berbuat salah. Marilah kita bertaubat, istigfar kepada Allah Swt. Setelah itu kita minta maaf kepada orang yang pernah kita rugikan. Jika sulit dihubungi, do’akan terampuni dosa dosanya.

Jika sudah hati hati dalam hidup. Tidak pernah berbuat durhaka, tapi masih saja menerima cobaan, maka itu pertanda jalan meningkatkan posisi kita di hadapan Allah SWT. Semoga kita semua, bahagia lahir batin dan selamat dunia akhirat. Amin. (Ampera Salim)

print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *