Oleh : Tumpak Abdurrahman S
Menjadi montir atau pekerja bengkel adalah profesi yang biasanya didominasi oleh kaum laki-laki. Karena umumnya lelaki suka dengan dunia otomotif. Namun profesi yang kerap berlumur oli dan bergelut dengan mesin itu harus dilakoni Ike Myselaxmi (35) untuk kelangsungan usaha yang ditinggalkan suaminya Dendi Lesmana.
Perempuan berhijab beranak dua itu harus mengantikan pekerjaan keras yang ditinggal suaminya yang meninggal tahun 2019 lalu, ditengah kebutuhan kedua buah hati mereka dan dua pekerja bengkelnya serta beban dipundaknya sebagai kepala rumah tangga.
“ hampir enam bulan setelah suami meninggal bengkel tutup dan saya coba memanggil kembali pekerja untuk membuka usaha bengkel yang sejak tahun 2013 almarhum “ kata Ike Sabtu (12/2/2022).
Ike tak mungkin larut dalam duka yang terlalu lama, karena buah hatinya Jovan Fazil ZD dan Nuri Maudida Hanum Jovan itu harus terus menempuh pendidikan. Terlebih, saat itu Jovan harus masuk MTsN yang inginkan.
Tiga bulan berjalan, sebutnya usahanya itu tak mengalami kemajuan dan hanya cukup untuk mempertahankan usaha dan menggaji pekerja saja. Namun tuntutan kebutuhan hidup dia tetap berjuang untuk menjalankan usaha yang terkadang harus membuka bengkel Jofan Motor itu sampai pukul 22.00 malam.
“Saya sudah terbiasa membantu pekerjaan bengkel untuk menemani dan memberikan semangat kepada mereka. Kalau pekerjaan ringan seperti tukar oli, menyetel rantai atau tambah angin rutin dikerjakan, bengkel ini beberapa kali buka dan tutup, bahkan hampir bangkrut pernah kita alami,” kata Ike dengan mata berlinang.
Terdorong ingin memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen dia mencoba ikut pelatihan motir motor yang digelar Bali Latihan Kerja (BLK) Dinas Pelayanan Satu Pintu dan Tenaga Kerja Kota Sawahlunto pertengahan November 2019 bersama salah seorang pekerja, Jefri.
“Saya bertekad untuk menambah pengetahuan tentang motor dan montir sambil mempraktikkan kembali di bengkel, walaupun satu saya peserta pelatihan yang perempuan di antara 30 orang peserta,” kata Ike.
Sudah selesai mengikuti pelatihan, dirinya menekuni secara otodidak untuk menggunakan peralatan injeksi yang pernah dibeli dari Yogjakarta serta menekuni kelistrikan motor. “Karena banyak sekali yang datang mengeluhkan masalah injeksi dan masalah kabel atau kelistrikan motor ke bengkel ini, sehingga saya harus tau bagaimana mengatasinya dan sekarang bidang inilah yang sering saya kerjakan dibengkel ini,” sebutnya.
Saat ini, perempuan tangguh itu tak canggung untuk menggeluti usaha almarhum suaminya dan tetap memberikan pelayan pada pelanggan yang datang ke bengkel di kawasan Kampung Teleng Kecamatan Lembah Segar Kota Sawahlunto itu.
Dia mengungkapkan terkadang ada tawaran atau mencoba memberikan alternatif kepada pelanggan karena kondisi keuangan saat ini dengan tidak mematok harga tinggi serta berusaha untuk memperbaiki, bukan kerja ganti barang yang rusak saja.
“Kalau bisa diperbaiki menjelang mereka ada dana untuk membeli sparepart atau alat lainnya, namun kita sampaikan kepada pelanggan jangka waktunya agar dibeli yang baru,” kata Ike.
Ike yakin, usaha yang digelutinya itu akan dapat menghidupi buah hati dan pekerjanya. Itu jalan yang diberikan Tuhan kepada dirinya, makanya Ike tetap memberikan pelayanan terbaik dan menjalin komukasi kepada pelanggan yang datang. Kini, bengkel yang sebelumnya satu petak kios yang hanya satu lemari kayu, sudah menjadi tiga petak dan lengkap dengan sparepart dan kelengkapan motor. *
Komentar