Kembalikan Fungsi Pariwisata, KJA di Maninjau Harus Ditata

AGAM- Untuk mengembalikan fungsi Danau Maninjau sebagai objek wisata, harus dilakukaan penataan terhadap Keramba Jaring Apung (KJA) milik masyarakat. Tanpa penataan yang baik terhadap keberadaan KJA tersebut, Danau Maninjau akan sulit untuk bangkit kembali sebagai salah satu destinasi wisata yang pernah berjaya.

Menurut pengamat pariwisata lokal, Rori Meida Amril, Danau Maninjau dimanfaatkan airnya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sejak lama. Pemanfaatan oleh PLTA ini dirasakan tidak begitu berpengaruh buruk terhadap pariwisata danau. Namun belakangan bermunculan KJA milik masyarakat untuk memelihara ikan yang akhirnya menimbulkan dampak negatif dan terjadi pencemaran air.

“Diakui atau tidak, residu pakan ikan punya andil dalam meningkatkan pencemaran danau,” kata Rori, Sabtu (12/3).

Ia memaklumi Pemkab Agam berada pada posisi sulit terkait keberadaan KJA tersebut. Di satu sisi, usaha tambak ikan KJA milik masyarakat merupakan mata pencarian dan sumber ekonomi masyarakat. Sementara di sisi lain, banyak pihak yang menuntut untuk melakukan upaya menjernihkan air Danau Maninjau.

Desakan agar Danau Maninjau dibersihkan atau dijernihkan kembali ini diakui oleh Sekdakab Agam Martias Wanto. Banyak organisasi pecinta lingkungan, baik di Agam maupun di provinsi dan nasional yang mendesak untuk melakukan pembersihan tersebut.

“Namun ini bukan pekerjaan mudah karena berkaitan dengan mata pencarian masyarakat. Tidak mungkin menghabiskan KJA untuk menjernihkan air danau,” akunya.

Meski bukan pekerjaan mudah, Martias menegaskan bahwa Pemkab Agam akan terus berupaya untuk menekan tingkat pencemaran air danau. KJA yang ada tidak mungkin bisa dihabiskan namun masih bisa dilakukan penataan.

Penataan tersebut, katanya, tidak saja akan mengembalikan Danau Maninjau sebagai objek wisata namun akan menguntungkan juga bagi petani petambak sendiri karena kematian ikan akan berkurang karena pencemaran air bisa ditekan.

KJA sudah mulai menjamur sejak tahun 1990-an, dibiarkan tumbuh tanpa kendali. Masalah mulai muncul ketika tingkat pencemaran air akibat residu pakan ikan KJA bercampur dengan belerang menimbulkan kematian ratusan ribu ton ikan setiap tahun dan dampak negatif lainnya terhadap pariwisata, barulah ada niat untuk menatanya. (fajar)

print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *