PADANG – Pembangunan Sumatera Barat saat ini ketinggalan jauh dibandingkan dengan daerah provinsi-provinsi tetangga. Karena itu, lima tahun ke depan, hal yang penting diperhatikan oleh gubernur dan wakil gubernur Sumbar terpilih adalah bagaimana bisa menggenjot pembangunan infrastruktur serta menggaet investor di samping memperhatikan upaya-upaya mitigasi bencana karena daerah-daerah di Sumbar sangat rawan dengan bencana.
Hal itu menjadi perbincangan hangat dalam dialog mengupas visi dan misi calon kepala daerah yang diadakan Forum Editor Sumbar (FEds) bekerja sama dengan KPU Sumbar edisi kedua, Rabu (4/11) di auditorium gubernuran.
Host Dialog Forum Editor, Khairul Jasmi mempertanyakan komitmen para calon terkait investasi dan pembangunan infrastruktur. Dikatakan KJ, selama ini yang menjadi masalah di tengah masyarakat Sumbar, adalah banyaknya kecurigaan-kecurigaan setiap kali investor mau masuk sehingga membuat investasi tak jadi dilakukan.
Calon Gubernur nomor urut 1, Muslim Kasim mengutarakan, pemerintah perlu mendorong pihak swasta untuk melakukan pembangunan. Salah satu yang harus menjadi perhatian, menurutnya, adalah kebutuhan listrik. Sepanjang kebutuhan listrik tak terpenuhi, maka jangan diharap investor akan datang sesuai keinginan.
Cagub nomor urut 2, Irwan Prayitno mengungkapkan, selain untuk meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi (PE), investasi juga untuk mengurangi angka kemiskinan. Sementara, terkait infrastruktur, menurutnya, pemerintah bertanggung jawab untuk pembangunan infrastruktur. Sumbar masih membutuhkan pembangunan jalan, jembatan dan irigasi.
Sementara, dalam pandangan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) pasangan MK, Fauzi Bahar, dalam konsep investasi, kita harus berani melakukan gebrakan. Penelitan mengatakan, wisata di Sumbar terbanyak adalah wisata keluarga, kenapa tak diambil segmen itu saja, katanya.
Dari pengalamannya saat menjadi Walikota Padang, banyak tantangan dalam mengembangkan investasi. Semisal saat mengundang investor Lippo Group, ia mendapat kecaman dan didemo karena dicurigai adanya isu kristenisasi.
“Padahal, dengan kondisi pasca gempa, sulit mendatangkan investor ke Padang. Selain itu, dengan adanya investasi itu, 30 ribu tenaga kerja warga Padang akan terserap. Perlu duduk bersama dengan masyarakat memang untuk membicarakan investasi,” ujarnya.
Investasi lainnya yang potensial, kata Fauzi Bahar, adalah reklamasi Pantai Padang yang dikemas dalam bentuk Padang Bay City. Keberadaan Padang Bay City juga akan menjadi proteksi bagi masyarakat pinggir pantai dan sekitarnya dari ancaman tsunami.
Di samping itu, kata FB, ada banyak potensi yang akan dikembangkan. Salah satunya Padang Industrial Park (PIP) di by pass, Padang. Jaraknya sangat strategis, tak terlalu jauh dari pelabuhan Teluk Bayur. Jika dimanfaatkan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Selain itu, katanya, selama ini CPO (Crude Palm Oil) yang dihasilkan Sumbar hanya dalam keadaan mentah. “Kenapa tak diolah dulu di negeri sendiri, baru diekspor ke luar?” ujarnya.
Di sisi lain, Cawagub Nasrul Abit menyatakan, tidak banyak investor yang berminat di Sumbar terkait masalah tanah dan adat. Untuk itu, yang dilakukan pertama jangan sampai investor kabur. Seperti yang dilakukannya saat menjadi Bupati Pesisir Selatan dalam mengembangkan kawasan Mandeh, perlu keterlibatan masyarakat agar investasi tak mendapat halangan.
“Ada tiga poin dalam mengembangkan investasi. Yaitu, kemauan pemerintah, regulasi dan dukungan masyarakat, setelah itu baru dukungan infrastruktur,” ujarnya.
Untuk investasi, kata Nasrul Abit, Sumbar punya potensi panas bumi yang bisa dikembangkan di sektor energi. Selain itu, perlu industri hilir di sektor pertanian dan perkebunan agar nilai jual komoditi lebih naik lagi.
Dari sisi pandangan Ketua KADIN Sumbar, Asnawai Bahar, pembangunan saat ini merupakan hasil kerja dari lima tahun sebelumnya. Begitu juga pembangunan yang dilakukan hari ini baru akan dirasakan hasilnya sekitar lima tahun ke depan.
Karena itu, penting bagi Cagub dan Cawagub 2015-2020 untuk melakukan pembangunan serta meletakkan konsep pembangunan lima tahun ke depan. Dikatakannya, bicara tentang infrastruktur harus bicara tentang daya mobilitas, konektifitas serta kemudahan-kemudahan mobilitas barang dan jasa.
Pembangunan infrastruktur pada dasarnya merupakan domainnya pemerintah walaupun secara nasional akhir-akhir ini swasta mulai dilibatkan, semisal pembangunan jalan tol. Tapi, di Sumbar pihak swasta masih belum dilibatkan, kecuali bidang telekomunikasi. Tantangan bagi kedua Paslon ke depan untk memberi kesempatan pengusaha untuk masuk ke bidang infrastruktur.
Ditekankan Asnawi, pihak swasta di Sumbar akan mampu untuk itu. Hanya saja, diakuinya produktifitas tenaga kerja yang masih rendah. Itupun, katanya, menjadi tugas pemerintahan ke depan untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja tersebut.
Juga menjadi tantangan bagi Cagub dan Cawagub untuk menggaet dana pusat dalam pembangunan infrastruktur. Karena, Presiden Jokowi telah menjadikan pembangunan infrastruktur skala prioritas serta menaikkan anggarannya dari 350 trilun rupiah dari sebelumnya hanya 200-an triliun rupiah.
Pemimpin Redaksi Padang Ekspres, Nashrian Bahzein mengatakan, hampir seluruh calon kepala daerah menyatakan tentang pembangunan infrastruktur. Menurutnya, untuk menarik pemilih serta memudahkan masyarakat menjatuhkan pilihan, seharusnya calon kepala daerah harus punya konsep yang kuat tentang hal itu, misalnya calon yang satu menyatakan prioritas pembangunan infrastruktur irigasi dan calon lainnya infrastruktur jalan, jembatan dan lain-lain.
Sedangkan Wakil GM Padang Ekspres, Sukri Umar yang dimintai pendapatnya mengatakan, dalam sejarahnya, investasi di Sumbar banyak yang gulung tikar. Hal itu bisa menjadi pembelajaran jenis investasi apa saja yang cocok dan dibutuhkan di daerah ini. Dari pandangannya, investasi yang cocok di Sumbar hanyalah pariwisata. Bila digarap seriur dengan melibatkan organisasi-organisasi yang berkecimpung di bidang itu, ia yakin bisa sukses.
Acara Dialog Forum Editor kali ini merupakan seri kedua untuk edisi khusus Pilkada kerja sama Feds dengan KPU Sumbar. Seri pertama dilakukan pekan lalu di Hotel Rocky Bukittinggi dengan tema ekonomi kerakyatan. Sementara, seri kedua ini dengan tema Ekonomi dan Kebencanaan. Dialog tersebut disiarkan langsung oleh RRI pro 1 Fm Padang, Classy FM, dan disiarkan tunda oleh Padang TV serta didukung sejumlah anggota Feds seperti www.padangmedia.com, Harian Singgalang, Haluan, Metro Andalas, Padang Ekspres sumbarsatu.com dan lain-lain. (rin)