PADANG- Seluruh kabupaten dan kota penghitung inflasi di Sumatera Barat tercatat mengalami inflasi pada Juni 2024, dengan inflasi tertinggi dialami oleh Kabupaten Dharmasraya. Secara umum, Sumatera Barat mengalami inflasi sebesar 0,14 persen month to month (mtm) pada Juni, lebih rendah disbanding bulan sebelumnya 0,51 persen mtm.
Demikian disampaikan dalam siaran pers Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah Sumatera Barat, Rabu (3/7/2024). Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Barat Muhammad Irfan Sukarna menyampaikan, berdasarkan berita resmi statistic yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Indek Harga Konsumen (IHK) Sumatera Barat mengalami inflasi pada Juni 2024.
“Secara spasial, seluruh kabupaten/ kota penghitung inflasi Provinsi Sumatera Barat mengalami inflasi dengan Kabupaten Dharmasraya mencatatkan angka tertinggi yaitu 0,56 persen mtm,” kata Irfan.
Sementara Kota Padang mencatatkan inflasi sebesar 0,08 persen mtm, ebih rendah dibanding Mei 2024 yang sebesar 0,70 persen mtm. Kabupaten Pasaman Barat mencatatkan inflasi lebih rendah yaitu 0,10 persen dibanding Mei 2024 yang sebesar 0,24 persen mtm. Kota Bukittinggi masih bertahan di angka 22 persen mtm sama dengan inflasi bulan Mei 2024.
Secara tahunan, Sumatera Barat tercatat mengalami inflasi sebesar 4,04 persen year on year (yoy) pada Juni 2024, lebih rendah dibandingkan Mei 2024 sebesar 4,17 persen yoy. Secara spasial daerah penghitung inflasi, secara tahunan Kabupaten Pasaman Barat tertinggi dengan 5,71 persen yoy, disusul Dharmasraya 4,88 persen yoy, Kota Bukittinggi dengan 3,92 persen yoy dan terakhir Kota Padang dengan 3,45 persen yoy.
Irfan menjelaskan, komoditas utama yang memengaruhi perkembangan harga tersebut adalah naiknya harga berbagai komoditas pangan dan tarif angkutan Udara. Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,20 persen dengan andil 0,07 persen mtm. Komoditas yang dominan memengaruhi inflasi pada kelompok tersebut adalah naiknya harga aneka cabai karena pengaruh produksi akibat bencana banjir sehingga petani di sentra produksi mengalami gagal panen dan kerusakan lahan.
“Belum beroperasinya jalan nasional Padang-Bukittinggi lewat Padangpanjang sehingga distribusi terganggu juga turut mendorong biaya logistic,” katanya.
Kelomok transportasi yang mengalami inflasi sebesar 0,48 persen turut memberikan andil kepada inflasi sebesar 0,05 persen mtm. Komoditas yang dominan memberikan pengaruh dalam kelompok tersebut adalah peningkatan arif Udara, sepeda motor, dan angkutan antar kota.
Irfan melanjutkan, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh kelompok infokom dan kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaaan rumah tangga. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Barat terus berkomitmen untuk mengendalikan inflasi tetap terkendali dan berada di sekitar target 2,5±1 persen (yoy). */F