Capital Market Summit and Expo (CMSE) 2024 sukses digelar oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Self-Regulatory Organization (SRO) dengan tingkat kunjungan yang membludak signifikan. CMSE diselenggarakan pada tanggal 7 sampai 9 November 2024 lalu dengan berbagai agenda yang pada dasarnya bertujuan untuk mengenalkan pasar modal kepada masyarakat secara lebih luas.
Membludaknya kunjungan baik secara dalam jaringan (daring/ online) maupun luar jaringan (luring/ offline) membuktikan satu hal, bahwa pasar modal semakin dikenal masyarakat. Tentu sangat didukung oleh kemajuan teknologi sehingga akses informasi semakin mudah dan jangkauannya semakin luas. Direktur Pengembangan PT BEI Jeffrey Hendrik dalam keterangan persnya menyebutkan, total kunjungan CMSE 2024 mencapai 43 ribu orang lebih. Jumlah kunjungan tersebut meningkat jauh dibanding gelaran yang sama tahun 2023 yang hanya mendapatkan 17 ribuan lebih kunjungan.
“CMSE tahun 2024 mencatatkan partisipasi yang signifikan, sebanyak 43 ribuan lebih kunjungan baik daring maupun luring,” kata Jeffrey dalam keterangan pers laporan penutupan CMSE 2024, Sabtu (9/11/2024).
Dari jumlah kunjungan tersebut, terbanyak adalah melalui daring di kanal Indonesia Stock Exchange yang mencapai 35 ribuan orang. Sedangkan yang hadir secara fisik sebanyak 7 ribuan orang. Dari kondisi ini terlihat antusiasme masyarakat untuk mengetahui program edukasi kepasarmodalan itu sangat tinggi, meskipun tidak sempat hadir di Main Hall BEI selama tiga hari kegiatan dilangsungkan, sekaligus membuktikan bahwa pasar modal semakin dikenal masyarakat.
Bukan tanpa alasan mengeluarkan pendapat bahwa pasar modal sudah semakin dikenal oleh masyarakat. Buktinya, jumlah investor juga semakin meningkat. Tahun 2024 hingga Oktober Bursa Efek Indonesia mencatat jumlah investor di pasar modal sudah mencapai 14 juta lebih Single Investor Identification (SID). Dibanding akhir tahun 2023, pertumbuhannya lebih dari 1,8 juta investor di mana tahun 2023 baru mencatatkan sebanyak 12,2 juta investor.
Melonjaknya jumlah investor di pasar modal tidak lepas dari upaya BEI, OJK, SRO dan perusahaan efek dalam mengedukasi masyarakat. Secara nasional di situs PT BEI tercatat sebanyak hampir 20 ribuan kegiatan edukasi yang menjangkau 24 juta peserta sejak awal tahun hingga akhir September 2024. Termasuk di antaranya kegiatan Sekolah Pasar Modal, program Duta Pasar Modal dan berbagai webinar yang dirancang untuk meningkatkan literasi dan inklusi masyarakat.
Berbanding lurus dengan perkembangan secara nasional, jumlah investor dari Provinsi Sumatera Barat sendiri juga mengalami perkembangan yang tinggi. Data yang diperoleh dari Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Provinsi Sumatera Barat Early Saputra, hingga September 2024 tercatat jumlah investor pasar modal ber-KTP Sumatera Barat sebanyak 189.107 Single Investor Identification (SID). Terlihat grafik peningkatan setiap tahun sejak tahun 2021 yang hanya sebanyak 106.528 SID, tahun 2022 naik menjadi 145.073 SID dan tahun 2023 naik lagi menjadi 171.878 SID. Pertambahan terbanyak terjadi pada tahun 2021 yaitu sebanyak 25 ribu lebih investor.
Melihat data yang disampaikan oleh Kantor Perwakilan PT BEI Sumatera Barat, investor pasar modal khususnya pasar saham saat ini didominasi oleh kalangan muda, yaitu kalangan milenial dan Gen Z. Dari total 189.107 SID sebanyak 87.789 SID merupakan investor saham (SID C-Best). Sebanyak 32.356 investor saham merupakan investor pada rentang usia 18 sampai 25 tahun. Kemudian 25.724 SID merupakan investor berusia 26 sampai 30 tahun, 19.312 SID berusia 31 sampai 40 tahun dan sisanya 10.237 SID berusia 40 tahun ke atas.
Dari data tersebut terlihat bahwa kalangan muda mulai tertarik untuk berinvestasi di pasar modal khususnya saham. Meskipun dari sisi nilai asset, investor kalangan milenial dan Gen Z di Sumatera Barat masih rendah dibanding dengan investor pada usia mapan. Berdasarkan data per September 2024, PT BEI Provinsi Sumatera Barat mencatat nilai aset investor saham pada rentang usia 18 sampai 25 tahun baru mencapai Rp36,6 miliar dan nilai aset investor usia 26 sampai 30 tahun Rp102,6 miliar. Nilai tersebut masih jauh dibanding dengan investor usia 31 sampai 40 tahun yang sebesar Rp321,9 miliar apalagi dengan investor usia 40 tahun ke atas yang mencapai Rp741,7 miliar.
Intinya, minat kalangan muda untuk berinvestasi sangat baik. Dapat disimpulkan, para investor muda tersebut sudah mulai merancang kemandirian finansial di masa depan meskipun jumlah tersebut belum apa-apa jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Sumatera Barat yang saat ini mencapai 5,4 juta jiwa. Beberapa investor muda di Padang yang sempat diwawancarai mengungkapkan alasan beragam terkait tujuan berinvestasi di pasar saham. Rian, mahasiswa tahun awal di salah satu perguruan tinggi negeri mengungkapkan, mulai tertarik dengan pasar modal khususnya saham karena keberadaan Galeri Investasi di kampusnya.
“Waktu itu ada kegiatan literasi pasar modal melalui galeri investasi, sebagai mahasiswa jurusan ekonomi saya tertarik mengikuti untuk mengetahui lebih jauh terkait pasar modal, dan saya mendapat kesempatan membuka rekening saham dalam program tersebut,” ungkapnya.
Dia mengakui saat ini memang belum banyak aset di rekening sahamnya, hanya top up dari sisa uang belanja bulanan yang dikirim oleh orang tuanya. Namun, baginya yang penting bukan sekedar itu sebab dengan masuk ke pasar saham dia dapat mempelajari banyak hal seperti trik melakukan trading, memilih emiten yang cocok untuk ivestasi jangka Panjang dan sebagainya. “Dengan modal awal tabungan saya sebelum masuk kuliah, ditambah top up dari sisa belanja bulanan dari orang tua saat ini aset di RDN masih beberapa juta, mudah-mudahan ketika tamat kuliah nanti bisa mencapai puluhan atau ratusan (juta),” ucapnya bersemangat.
Danil, mahasiswa tahun akhir di perguruan tinggi negeri lainnya di Kota Padang sedikit lebih “pro”. Dia sudah mulai mahir bermain di pasar saham dan setiap hari bursa waktu luangnya dimanfaatkan untuk trading. Beruntung, dia mendapat jaringan komunitas salah satu perusahaan sekuritas yang banyak memberikan edukasi dan panduan situasi pasar saham.
Setiap pagi di grup aplikasi percakapan dia akan mendapatkan update informasi, isu-isu dan sentimen yang akan memengaruhi pasar, fundamental dan aksi korporasi dari emiten-emiten dan sebagainya. “Setiap pagi sebelum pasar saham dimulai, melalui grup aplikasi percakapan saya mendapatkan berbagai informasi yang sangat membantu untuk melakukan trading,” ujarnya.
Sementara itu, Erwin, seorang karyawan swasta berusia 32 tahun mengaku memiliki aset di pasar modal untuk investasi jangka panjang. Mulai berinvestasi di pasar saham sejak tahun 2019, setiap bulan rutin menyisihkan 15 persen penghasilan untuk di-top up ke RDN miliknya, dan membeli emiten yang dirasa prospektif untuk investasi jangka panjang. Dia juga mengaku mendapat pembagian deviden dari beberapa emiten yang dimilikinya. Kadang dia juga ikut trading ketika ada emiten yang dirasa menguntungkan.
Semakin meningkatnya minat berinvestasi ke pasar modal sangat dipengaruhi perkembangan teknologi informasi. Sebagian besar orang saat ini sudah memiliki telepon pintar. Perangkat ini membuat orang memiliki akses tidak terbatas mulai dari bisnis, pekerjaan hingga hiburan semua tersedia, termasuk juga informasi mengenai investasi pasar modal.
Kemudian, faktor lainnya adalah gencarnya edukasi yang dilakukan oleh PT Bursa Efek Indonesia bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Self Regulatory Organization (SRO) atau organisasi pengatur mandiri beserta perusahaan sekuritas dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan khususnya pasar modal. Edukasi juga menjangkau pelajar dan mahasiswa melalui Galeri Investasi yang aktif melakukan kegiatan sosialisasi.
Kepala Perwakilan PT BEI Sumatera Barat Early Saputra menyampaikan, ada 20 Galeri Investasi (GI) yang sudah dibentuk di berbagai perguruan tinggi dan Sekolah Menengah Atas/ Kejuruan (SMA/SMK) di Sumatera Barat. Sementara ini dua di antaranya ditutup sedangkan 18 GI lainnya masih aktif. Kemudian ada sembilan perusahaan efek yang berkantor di Sumatera Barat. Keberadaan Galeri Investasi itu mendorong peningkatan jumlah investor terutama dari kalangan muda. Selain itu BEI Sumatera Barat bersama OJK dan SRO serta perusahaan efek juga aktif melakukan kegiatan edukasi seperti Sekolah Pasar Modal dan sebagainya.
Tingginya minat kalangan muda untuk berinvestasi di pasar modal membuktikan bahwa mereka sudah memiliki rancangan untuk kemandirian finansial di masa depan. Dengan demikian, sekaligus akan menjadi penopang untuk memperkuat ekonomi Indonesia dan meningkatkan daya saing bangsa di kancah internasional di masa mendatang. ***
PEBRI D Chaniago (Pebrius Dwinus)
Wartawan Madya 9749