Ini Kisah Cinta Masyarakat Tanjung Alam dengan Buya Mahyeldi

TANAH DATAR – Safari dakwah Ustad Mahyeldi Ansharullah ke Nagari Tanjung Alam, Kecamatan Tanjung Baru Kabupaten Tanah Datar, menyisakan cerita yang mengesankan. Walikota Padang itu sempat dibuat mati gaya, lantaran kehadirannya diacuhkan saja oleh jamaah sebuah musala di Jorong Duo Baleh Koto, Nagari Tanjung Alam, Kecamatan Tanjung Baru, Kabupaten Tanah Datar, (27/12/2019).

Ternyata masyarakat disini belum pernah melihat langsung Walikota Padang yang kesohor itu, apalagi bertemu. Rata – rata mereka hanya pernah menyaksikan di televisi dan mengenal namanya serta berita – berita tentang kiprahnya dari mulut ke mulut.

Maklum, masyarakat di sini tidak begitu akrab dengan gawai berbasis internet karena terbatasnya sinyal jaringan seluler. Sehingga masyarakat pun hampir tidak pernah mengakses media sosial dan media daring lainnya.

Malam itu, panitia pandai pula bersandiwara dengan merahasiakan siapa guru yang akan memberikan pengajian selepas shalat isya. Padahal, ustad yang mereka tunggu – tunggu sudah berada di dalam musala. Bahkan, sudah sempat pula ikut salat di barisan belakang, tetapi jamaah acuh saja.

Jamaah justru saling menengok ketika panitia mempersilahkan sang guru naik ke mimbar sekaligus meminta memperkenalkan diri. Saat itu berdirilah pria berperawakan tinggi. Dia langsung menuju mimbar. Pria yang dipanggil dengan sebutan Buya oleh panitia itu mengenakan setelan sarung dipadu jas hitam dengan dalaman “baju taluak balango” berwarna putih.

Setelah mukadimah, lalu memperkenalkan diri, namun belum menyebutkan nama, “Saya ini penceramah, sejak SMP saya sudah berceramah, sampai sekarang masih berceramah. Saya tinggal di Padang, asli dari Gaduik Agam dan istri saya orang Batu Hampa, Limopuluh Kota. Pekerjaan sekarang berceramah sambil mengurus masyarakat Kota Padang,” kata Mahyeldi memperkenalkan diri.

Sontak jamaah bergumam, “Oo, iko (ini) kan Apak Mahyeldi. Walikota Padang. Lai tau kami mah.” Begitu gumaman yang terdengar dari jamaah. Gumaman lebih santer terdengar dari bagian jamaah perempuan.

Akhirnya, suasana mencair setelah tadinya agak tegang karena jamaah menahan rasa penasaran. Jamaah pun terlihat khidmat menyimak ceramah ustad Mahyeldi yang bertajuk muhasabah diri pada pergantian hari dan tahun.

Selepas pengajian malam itu, jamaah mengerumuni Ustad Mahyeldi. Mereka berebut bersalaman dan minta difotokan oleh fotografer khusus walikota.

“Kami di sini paling menonton TV. Sering juga melihat dan mendengarkan berita tentang Walikota Padang di TV tapi kami tidak tahu aslinya seperti apa,” tutur salah seorang jamaah.

Seorang ibu menambahkan, walaupun baru kali ini bertemu, tapi diakuinya, nama Mahyeldi sudah lekat di hati masyarakat.

“Kalau Pak Mahyeldi lah lakek (telah melekat) di hati kami. Memang sekali ini bertemu, tapi dapat merasakan kelembutan hati beliau. Isi ceramah beliau teduh. Pengetahuan agamanya luas,” kata ibu paruh baya mengaku bernama Yenis.

Rahmat, tokoh masyarakat setempat mengungkapkan rasa harunya karena Buya Mahyeldi akhirnya menyempatkan ke musala di kampung itu. Sebelumnya, Rahmat sempat ragu jika yang dihadirkan panitia adalah Walikota Padang, tetapi keraguan itu akhirnya cair setelah mendengarkan buya berceramah.

” Tadinya saya kurang yakin melihat yang datang itu adalah Mahyeldi, Walikota Padang, meskipun ciri – cirinya pas, berjanggut dan berkupiah. Ternyata memang benar,” ungkapnya.

Dia juga menuturkan tentang anaknya yang mengidolakan Mahyeldi. “Anak saya yang kuliah di Unand, juga mengidolakan Bapak Mahyeldi. Sering disebutnya nama buya dan memperlihatkan fotonya bersama buya kepada saya,” tuturnya.

Sebelumnya, Buya Mahyeldi juga mengisi materi pengajian ibu – ibu majelis taklim di Masjid Nur Kamil Tanjung Alam. Dilanjutkan shalat maghrib berjamaah di masjid tersebut.(der)

print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.