JAKARTA – Potensi pengembangan industri gasifikasi batubara di dalam negeri masih cukup besar. Indonesia memiliki begitu banyak batubara yang berkalori rendah dan perlu dikonversi agar menjadi gas sintetis.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono menjelaskan, batubara berkalori rendah dapat dikembangkan untuk memproduksi gas dimetil eter. Pengembangan itu bisa menggantikan gas liquefied petroleum gas (LPG) sehingga impor bahan baku gas tidak lagi diperlukan.
Dia menyebutkan, dibutuhkan investasi sebesar Rp13 triliun untuk menghasilkan sebanyak 1.000 metrik ton turunan gasifikasi batu bara. Jika dihitung, dalam masa pengujian, bisa dilakukan pengubahan 100.000 ton batu bara menjadi 3.600 million metric british thermal unit (mmbtu) gas per hari. Jika gas yang dihasilkan tidak digunakan, bisa dipakai untuk industri dalam negeri dengan harga sekitar USD4-5 per mmbtu.
“Selain potensial, investasi ini juga akan menghasilkan nilai tambah yang besar bagi industri dalam negeri karena gasnya bisa dimanfaatkan, tinggal perlu dibangun infrastrukturnya,” ujar Sigit seperti dikutip dari siaran pers Kemenperin, Sabtu (14/1).
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pengembangan usaha pada bidang gasifikasi batu bara di Indonesia sangat diperlukan guna memenuhi kebutuhan bahan baku industri pupuk dan petrokimia. Gasifikasi batubara dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk dan metanol.
“Bahkan, gasifikasi merupakan salah satu energi alternatif yang bisa digunakan untuk industri,” tegasnya.
Terkait pertemuannya dengan CEO Zemag Clean Energy Technology GmBh, Fu Minyan beberapa waktu lalu, Airlangga mengatakan, perusahaan asal Jerman tersebut akan melaksanakan proyek percontohan fasilitas gasifikasi batubara di Indonesia.
“Mereka menyatakan ingin berinvestasi di sini untuk mengembangkan turunan dari gasifikasi batu bara,” tuturnya.
Untuk itu, lanjut Airlangga, pihaknya mendorong Zemag agar bisa bekerja sama dengan perusahaan lokal dalam membangun industri gasifikasi batu bara di Indonesia. Mengenai lokasi pabriknya, ditawarkan di wilayah Kalimantan dan Sumatera Selatan.
“Pengembangan industri ini di Indonesia sebenarnya masih menarik bagi investor asing di tengah perlambatan ekonomi global,” paparnya. (feb/*)